Hai, aku kembali menceritakan pengalaman seksku.
Sebelumnya saya pernah menceritakan pengalamanku dalam kisah ‘Tukang Air,
Listrik, dan Bangunan’ dan ‘Gairah Pengemis Buta’. Aku adalah seorang mahasiswi
yang memiliki nafsu seks yang cukup tinggi. Sejak keperawananku hilang di SMA
aku selalu ingin melakukannya lagi dan lagi. Kalau dipikir-pikir, entah sudah
berapa orang yang menikmati tubuhku ini, sudah berapa penis yang pernah masuk
ke vaginaku ini, aku juga menikmati sekali nge-seks dengan orang yang belum
pernah aku kenal dan namanya pun belum aku tahu seperti para tukang yang pernah
aku ceritakan pada kisah terdahulu.
Nah ceritanya begini, aku baru saja pulang dari rumah
temanku seusai mengerjakan tugas kelompok salah satu mata kuliah. Tugas yang
benar-benar melelahkan itu akhirnya selesai juga hari itu. Ketika aku
meninggalkan rumah temanku langit sudah gelap, arlojiku menunjukkan pukul 8
lebih. Yang kutakutkan adalah bensinku tinggal sedikit sekali, padahal rumahku
cukup jauh dari daerah ini lagipula aku agak asing dengan daerah ini karena aku
jarang berkunjung ke temanku yang satu ini. Di perjalanan aku melihat sebuah
pom bensin, tapi harapanku langsung sirna karena begitu mau membelokkan mobilku
ternyata pom bensin itu sudah tutup, aku jadi kesal sampai menggebrak setirku,
terpaksa kuteruskan perjalanan sambil berharap menemukan pom bensin yang masih
buka atau segera sampai ke rumah.
Ketika sedang berada di sebuah kompleks perumahan
yang cukup sepi dan gelap, tiba-tiba mobilku mulai kehilangan tenaga, aku agak
panik hingga kutepikan mobilku dan kucoba menstarternya, namun walupun kucoba
berulang-ulang tetap saja tidak berhasil, menyesal sekali aku gara-gara tadi
siang terlambat kuliah jadi aku tidak sempat mengisi bensin terjebak tidak tahu
harus bagaimana, kedua orang tuaku sedang di luar kota, di rumah cuma ada
pembantu yang tidak bisa diharapkan bantuannya. Tidak jauh dari mobilku nampak
sebuah pos ronda yang lampunya menyala remang-remang. Aku segera turun dan
menuju ke sana untuk meminta bantuan, setibanya di sana aku melihat 5 orang di
sana sedang ngobrol-ngobrol, juga ada 2 motor diparkir di sana, mereka adalah
yang mendapat giliran ronda malam itu dan juga 2 tukang ojek.
“Ada apa Non, malam-malam begini? Nyasar ya?”, tanya
salah seorang yang berpakaian hansip.
“Eeh.. itu Pak, Bapak tau nggak pom bensin yang paling dekat dari sini tapi masih buka, soalnya mobil saya kehabisan bensin”, kujawab sambil menunjuk ke arah mobilku.
“Wah, kalo pom bensin jam segini sudah tutup semua Non, ada yang buka terus tapi agak jauh dari sini”, timpal seorang Bapak berkumis tebal yang ternyata tukang ojek di daerah itu.
“Aduuhh.. gimana ya! Atau gini aja deh Pak, Bapak kan punya motor, mau nggak Bapak beliin bensin buat saya, ntar saya bayar kok”, tawarku.
Untung mereka berbaik hati menyetujuinya, si Bapak yang berkumis tebal itu mengambil jaketnya dan segera berangkat dengan motornya. Tinggallah aku bersama 4 orang lainnya.
“Eeh.. itu Pak, Bapak tau nggak pom bensin yang paling dekat dari sini tapi masih buka, soalnya mobil saya kehabisan bensin”, kujawab sambil menunjuk ke arah mobilku.
“Wah, kalo pom bensin jam segini sudah tutup semua Non, ada yang buka terus tapi agak jauh dari sini”, timpal seorang Bapak berkumis tebal yang ternyata tukang ojek di daerah itu.
“Aduuhh.. gimana ya! Atau gini aja deh Pak, Bapak kan punya motor, mau nggak Bapak beliin bensin buat saya, ntar saya bayar kok”, tawarku.
Untung mereka berbaik hati menyetujuinya, si Bapak yang berkumis tebal itu mengambil jaketnya dan segera berangkat dengan motornya. Tinggallah aku bersama 4 orang lainnya.
“Mari Non duduk dulu di sini sambil nunggu”.
Seorang pemuda berumur kira-kira 18 tahunan menggeser duduknya untuk memberiku tempat di kursi panjang itu. Seorang Bapak setengah baya yang memakai sarung menawariku segelas air hangat, mereka tampak ramah sekali sampai-sampai aku harus terus tersenyum dan berterima kasih karena merasa merepotkan. Kami akhirnya ngobrol-ngobrol dengan akrab, aku juga merasakan kalau mereka sedang memandangi tubuhku, hari itu aku memakai celana jeans ketat dan setelan luar berlengan panjang dari bahan jeans, di dalamnya aku memakai tanktop merah yang potongan dadanya rendah sehingga belahan dadaku agak terlihat. Jadi tidak heran si pemuda di sampingku selalu berusaha mencuri pandang ingin melihat daerah itu.
Seorang pemuda berumur kira-kira 18 tahunan menggeser duduknya untuk memberiku tempat di kursi panjang itu. Seorang Bapak setengah baya yang memakai sarung menawariku segelas air hangat, mereka tampak ramah sekali sampai-sampai aku harus terus tersenyum dan berterima kasih karena merasa merepotkan. Kami akhirnya ngobrol-ngobrol dengan akrab, aku juga merasakan kalau mereka sedang memandangi tubuhku, hari itu aku memakai celana jeans ketat dan setelan luar berlengan panjang dari bahan jeans, di dalamnya aku memakai tanktop merah yang potongan dadanya rendah sehingga belahan dadaku agak terlihat. Jadi tidak heran si pemuda di sampingku selalu berusaha mencuri pandang ingin melihat daerah itu.
Kompleks itu sudah sepi sekali saat itu, sehingga
mulai timbul niat isengku dan membayangkan bagaimana seandainya kuberikan
tubuhku untuk dinikmati mereka sekalian juga sebagai balas budi. Sehubungan
dengan cuaca di Jakarta yang cukup panas akhir-akhir ini, aku iseng-iseng
berkata, “Wah.. panas banget yah belakangan ini Pak, sampai malam gini aja
masih panas”. Aku mengatakan hal tersebut sambil mengibas-ngibaskan leher
bajuku kemudian dengan santainya kulepaskan setelan luarku, sehingga nampaklah
lenganku yang putih mulus. Mereka menatapku dengan tidak berkedip, agaknya
umpanku sudah mengena, aku yakin mereka pasti terangsang dan tidak sabar ingin
menikmati tubuhku. Si pemuda di sampingku sepertinya sudah tak tahan lagi, dia
mulai memberanikan diri membelai lenganku, aku diam saja diperlakukan begitu.
Salah satu dari mereka, seorang tukang ojek berusia 30 tahunan mengambil tempat
di sebelahku, tangannya diletakkan diatas pahaku, melihat tidak ada penolakan
dariku, perlahan-lahan tangan itu merambat ke atas hingga sampai ke payudaraku.
Aku mengeluarkan desahan lembut menggoda ketika si tukang ojek itu meremas
payudaraku, tanganku meraba kemaluan pemuda di sampingku yang sudah terasa
mengeras.
Melihat hal ini kedua Bapak yang dari tadi hanya
tertegun serentak maju ikut menggerayangi tubuhku. Mereka berebutan menyusupkan
tangannya ke leher tanktop-ku yang rendah untuk mengerjai dadaku, sebentar saja
aku sudah merasakan kedua buah dadaku sudah digerayangi tangan-tangan hitam
kasar. Aku mengerang-ngerang keenakan menikmati keempat orang itu menikmatiku.
“Eh.. kita bawa ke dalam pos aja biar aman!”, usul si hansip.
Mereka pun setuju dan aku dibawa masuk ke pos yang berukuran 3×3 m itu, penerangannya hanya sebuah bohlam 40 watt. Mereka dengan tidak sabaran langsung melepas tank top dan bra-ku yang sudah tersingkap. Aku sendiri membuka kancing celana jeansku dan menariknya ke bawah. Keempat orang ini terpesona melihat tubuhku yang tinggal terbalut celana dalam pink yang minim, payudaraku yang montok dengan puting kemerahan itu membusung tegak. Ini merupakan hal yang menyenangkan dengan membuat pria tergiur dengan kemolekan tubuhku, untuk lebih merangsang mereka, kubuka ikat rambutku sehingga rambutku terurai sampai menyentuh bahu.
“Eh.. kita bawa ke dalam pos aja biar aman!”, usul si hansip.
Mereka pun setuju dan aku dibawa masuk ke pos yang berukuran 3×3 m itu, penerangannya hanya sebuah bohlam 40 watt. Mereka dengan tidak sabaran langsung melepas tank top dan bra-ku yang sudah tersingkap. Aku sendiri membuka kancing celana jeansku dan menariknya ke bawah. Keempat orang ini terpesona melihat tubuhku yang tinggal terbalut celana dalam pink yang minim, payudaraku yang montok dengan puting kemerahan itu membusung tegak. Ini merupakan hal yang menyenangkan dengan membuat pria tergiur dengan kemolekan tubuhku, untuk lebih merangsang mereka, kubuka ikat rambutku sehingga rambutku terurai sampai menyentuh bahu.
Si hansip menyuruh seseorang untuk berjaga dulu di
luar khawatir kalau ada yang memergoki, akhirnya yang paling muda diantara
mereka yaitu si pemuda itu yang mereka panggil Mat itulah yang diberi giliran
jaga, Mat dengan bersungut-sungut meninggalkan ruangan itu. Si hansip
mendekapku dari belakang dan tangannya merogoh-rogoh celana dalamku, terasa
benar jari-jarinya merayap masuk dan menyentuh dinding kewanitaanku, sementara
di tukang ojek membungkuk untuk bisa mengenyot payudaraku, putingku yang sudah
menegang itu disedot dan digigit kecil. Kemudian aku dibaringkan pada tikar yang
mereka gelar disitu. Mereka bertiga sudah membuka celananya sehingga
terlihatlah tiga batang yang sudah mengeras, aku sampai terpana melihat batang
mereka yang besar-besar itu, terutama punya si hansip, penisnya paling besar
diantara ketiganya, hitam dan dipenuhi urat-urat menonjol.
Celana dalamku mereka lucuti jadi sekarang aku sudah
telanjang bulat. Aku langsung meraih penisnya, kukocok lalu kumasukkan ke
mulutku untuk dijilat dan dikulum, selain itu tangan lembutku meremas-remas
buah zakarnya, sungguh besar penisnya ini sampai tidak muat seluruhnya di
mulutku yang mungil, paling cuma masuk tiga perempatnya. Si tukang ojek
mengangkat sedikit pinggulku dan menyelipkan kepalanya di antara kedua belah
paha mulusku, dengan kedua jarinya dia sibakkan kemaluanku sehingga terlihatlah
vagina pink-ku di antara bulu-bulu hitam. Lidahnya mulai menyentuh bagian dalam
vaginaku, dia juga melakukan jilatan-jilatan dan menyedotnya, tubuhku
menggelinjang merasakan birahi yang memuncak, kedua pahaku mengapit kencang
kepalanya karena merasa geli dan nikmat di bawah sana. Bapak bersarung
menikmati payudaraku sambil penisnya kukocok dengan tanganku dan payudaraku
yang satunya diremasi si hansip yang sedang ku-karaoke.
Aku sering melihat sebentar-sebentar Mat nongol di jendela
mengintipku diperkosa teman-temannya, nampaknya dia sudah gelisah karena tidak
sabaran lagi untuk bisa menikmati tubuhku. Tak lama kemudian aku mencapai
orgasme pertamaku melalui permainan mulut si tukang ojek pada kemaluanku,
tubuhku mengejang sesaat, dari mulutku terdengar erangan tertahan karena
mulutku penuh oleh penis si hansip. Cairanku yang mengalir dengan deras itu
dilahap olehnya dengan rakus sampai terdengar bunyi, “Slurrpp.., sluupp..”.
Puas menjilati vaginaku, si tukang ojek meneruskannya dengan memasukkan
penisnya ke vaginaku, eranganku mengiringi masuknya penis itu, cairan cintaku
menyebabkan penis itu lebih leluasa menancap ke dalam. Aku merasakan nikmatnya
setiap gesekannya dengan melipat kakiku menjepit pantatnya agar tusukannya semakin
dalam. Bapak bersarung menggeram-geram keenakan saat penisnya kujilati dan
kuemut, sedangkan si hansip sekarang sedang meremas-remas payudaraku sambil
menjilati leher jenjangku. Aku dibuatnya kegelian nikmat oleh
jilatan-jilatannya, selain leher dia jilati juga telingaku lalu turun lagi ke
payudaraku yang langsung dia caplok dengan mulutnya
Beberapa saat lamanya si tukang ojek menggenjotku,
tiba-tiba genjotannya makin cepat dan pinggulku dipegang makin erat, akhirnya
tumpahlah maninya di dalam kemaluanku diiringi dengan erangannya, lalu dia
lepaskan penisnya dari vaginaku. Posisinya segera digantikan oleh si hansip
yang mengatur tubuhku dengan posisi bertumpu pada kedua tangan dan lututku.
Kembali vaginaku dimasuki penis, penis yang besar sampai aku meringis dan
mengerang menahan sakit ketika penis itu.
“Wuah.. memek Non ini sempit banget, untung banget gua hari ini bisa ngentot sama anak kuliahan.. emmhh.. ohh..”, komentar si hansip.
“Wuah.. memek Non ini sempit banget, untung banget gua hari ini bisa ngentot sama anak kuliahan.. emmhh.. ohh..”, komentar si hansip.
Sodokan-sodokannya benar-benar mantap sehingga aku
merintih keras setiap penis itu menghujam ke dalam, kegaduhanku diredam oleh
Bapak bersarung yang duduk mekangkang di depanku dan menjejali mulutku dengan
penisnya, penis itu ditekan-tekankan ke dalam mulutku hingga wajahku hampir
terbenam pada bulu-bulu kemaluannya. Aku sangat menikmati menyepong penisnya,
kedua buah zakarnya kupijati dengan tanganku, sementara di belakang si hansip
mengakangkan pahaku lebih lebar lagi sambil terus menyodokku, si tukang ojek
beristirahat sambil memain-mainkan payudaraku yang menggantung. Si Bapak
bersarung akhirnya ejakulasi lebih dulu di mulutku, dia melenguh panjang dan
meremas-remas rambutku saat aku mengeluarkan teknik mengisapku, kuminum semua
air maninya, tapi saking banyaknya ada sedikit yang menetes di bibirku.
“Wah, si Non ini.. cantik-cantik demen nenggak peju!”, komentar si tukang ojek melihatku dengan rakus membersihkan penis si Bapak bersarung dengan jilatanku.
“Wah, si Non ini.. cantik-cantik demen nenggak peju!”, komentar si tukang ojek melihatku dengan rakus membersihkan penis si Bapak bersarung dengan jilatanku.
Tiba-tiba pintu terbuka, aku sedikit terkejut, di
depan pintu muncul si Mat dan si tukang ojek berkumis tebal yang sudah kembali
dari membeli bensin.
“Wah.. ngapain nih, ngentot kok gak ngajak-ngajak”, katanya.
“Iya nih, cepetan dong, masa gua dari tadi cuma disuruh jaga, udah kebelet nih!”, sambung si Mat.
“Ya udah, lu dua-an ngentot dulu sana, gua yang jaga sekarang”, kata si tukang ojek yang satu sambil merapikan lagi celananya.
Segera setelah si tukang ojek keluar dan menutup pintu, mereka berdua langsung melucuti pakaiannya, si Mat juga membuka kaosnya sampai telanjang bulat, tubuhnya agak kurus tapi penisnya lumayan juga, pas si tukang ojek berkumis melepas celananya barulah aku menatapnya takjub karena penisnya ternyata lebih besar daripada punya si hansip, diameternya lebih tebal pula.
“Gile, bisa mati kepuasan gua, keluar satu datang dua, mana kontolnya gede lagi!”, kataku dalam hati.
“Wah.. ngapain nih, ngentot kok gak ngajak-ngajak”, katanya.
“Iya nih, cepetan dong, masa gua dari tadi cuma disuruh jaga, udah kebelet nih!”, sambung si Mat.
“Ya udah, lu dua-an ngentot dulu sana, gua yang jaga sekarang”, kata si tukang ojek yang satu sambil merapikan lagi celananya.
Segera setelah si tukang ojek keluar dan menutup pintu, mereka berdua langsung melucuti pakaiannya, si Mat juga membuka kaosnya sampai telanjang bulat, tubuhnya agak kurus tapi penisnya lumayan juga, pas si tukang ojek berkumis melepas celananya barulah aku menatapnya takjub karena penisnya ternyata lebih besar daripada punya si hansip, diameternya lebih tebal pula.
“Gile, bisa mati kepuasan gua, keluar satu datang dua, mana kontolnya gede lagi!”, kataku dalam hati.
Si hansip yang masih belum keluar masih menggenjotku
dari belakang, kali ini dia memegangi kedua lenganku sehingga posisiku setengah
berlutut. Si Mat langsung melumat bibirku sambil meremas-remas dadaku, dan
payudaraku yang lain dilumat si tukang ojek itu. Nampak Mat begitu buasnya
mencium dan memain-mainkan lidahnya dalam mulutku, pelampiasan dari hajat yang
dari tadi ditahan-tahan, aku pun membalas perlakuannya dengan mengadukan
lidahku dengannya. Kumis si tukang ojek yang lebat itu terasa sekali
menyapu-nyapu payudaraku memberikan sensasi geli dan nikmat yang luar biasa. Si
Bapak bersarung sekarang mengistirahatkan penisnya sambil mencupangi leher
jenjangku membuat darahku makin bergolak saja memberi perasaan nikmat ke
seluruh tubuhku. Ketika aku merasa sudah mau keluar lagi, sodokan si hansip pun
terasa makin keras dan pegangannya pada lenganku juga makin erat. “Aaahh..!”,
aku mendesah panjang saat tidak kuasa menahan orgasmeku yang hampir bersamaan
dengan si hansip, vaginaku terasa hangat oleh semburan maninya, selangkanganku
yang sudah becek semakin banjir saja sampai cairan itu meleleh di salah satu
pahaku. Tubuhku sudah basah berkeringat, ditambah lagi cuaca yang cukup gerah.
Setelah mencapai klimaks panjang mereka
melepaskanku, lalu si Bapak bersarung berbaring di tikar dan menyuruhku menaiki
penisnya. Baru saja aku menduduki dan menancapkan penis itu, si tukang ojek
menindihku dari belakang dan kurasakan ada sesuatu yang menyeruak ke dalam
anusku. Edan memang si tukang ojek ini, sudah batangnya paling besar minta main
sodomi lagi. Untung daerah selanganku sudah penuh lendir sehingga melicinkan
jalan bagi benda hitam besar itu untuk menerobosnya, tapi tetap saja sakitnya
terasa sekali sampai aku menjerit-jerit kesakitan, kalau saja ada orang lewat
dan mendengarku pasti disangkanya sedang terjadi pemerkosaan. Dua penis besar
mengaduk-aduk kedua liang senggamaku, si Bapak bersarung asyik menikmati
payudaraku yang menggantung tepat di depan wajahnya. Si Mat berlutut di depan
wajahku, tanpa disuruh lagi kuraih penisnya dan kukocok dalam mulutku, tidak
terlalu besar memang, tapi cukup keras. Kulihat wajahnya merah padam sambil
mendesah-desah, sepertinya dia grogi
“Enak gak Mat? Kamu udah pernah ngentot belum?”,
tanyaku di tengah desahan.
“Aduh.. enak banget Non, baru pernah saya ngerasain ngentot”, katanya dengan bergetar.
Aku terus mengemut penis si Mat sambil tanganku yang satu lagi mengocok penis supernya si hansip. Si Mat memaju-mundurkan pantatnya di mulutku sampai akhirnya menyemprotkan maninya dengan deras yang langsung kuhisap dan kutelan dengan rakus. Tidak sampai dua menit si tukang ojek menyusul orgasme, dia melepas penisnya dari duburku lalu menyemprotkan spermanya ke punggungku. Si Bapak bersarung juga sepertinya sudah mau orgasme, tampak dari erangannya dan cengkeramannya yang makin erat pada payudaraku. Maka kugoyang pinggulku lebih cepat sampai kurasakan cairan hangat memenuhi vaginaku. Karena aku masih belum klimaks, aku tetap menaik-turunkan tubuhku sampai 3 menit kemudian aku pun mencapainya.
“Aduh.. enak banget Non, baru pernah saya ngerasain ngentot”, katanya dengan bergetar.
Aku terus mengemut penis si Mat sambil tanganku yang satu lagi mengocok penis supernya si hansip. Si Mat memaju-mundurkan pantatnya di mulutku sampai akhirnya menyemprotkan maninya dengan deras yang langsung kuhisap dan kutelan dengan rakus. Tidak sampai dua menit si tukang ojek menyusul orgasme, dia melepas penisnya dari duburku lalu menyemprotkan spermanya ke punggungku. Si Bapak bersarung juga sepertinya sudah mau orgasme, tampak dari erangannya dan cengkeramannya yang makin erat pada payudaraku. Maka kugoyang pinggulku lebih cepat sampai kurasakan cairan hangat memenuhi vaginaku. Karena aku masih belum klimaks, aku tetap menaik-turunkan tubuhku sampai 3 menit kemudian aku pun mencapainya.
Setelah itu si Bapak bersarung itu keluar dan si
tukang ojek yang tadi berjaga itu kembali masuk.
“Aduh, belum puas juga nih orang.. bisa pingsan gua lama-lama nih!”, pikirku
Tubuhku kembali ditelentangkan di atas tikar. Kali ini giliran si Mat, dasar perjaka.. dia masih terlihat agak canggung saat ke mau mulai sehingga harus kubimbing penisnya untuk menusuk vaginaku dan kurangsang dengan kata-kata
“Ayo Mat, kapan lagi lu bisa ngerasain ngentot sama cewek kampus, puasin Mbak dong kalo lu laki-laki!”.
Setelah masuk setengah kusuruh dia gerakkan pinggulnya maju-mundur. Tidak sampai lima menit dia nampak sudah terbiasa dan menikmatinya. Si hansip sekarang naik ke dadaku dan menjepitkan penisnya di antara kedua payudaraku, lalu dia kocok penisnya disitu. Aku melihat jelas sekali kepala penis itu maju mundur di bawah wajahku. Si tukang ojek berkumis menarik wajahku ke samping dan menyodorkan penisnya. Kugenggam dan kujilati kepalanya sehingga pemiliknya mendesah nikmat, mulutku tidak muat menampung penisnya yang paling besar di antara mereka berlima. Aku sudah tidak bisa ngapa-ngapain lagi, tubuhku dikuasai sepenuhnya oleh mereka, aku hanya bisa menggerakkan tangan kiriku, itupun untuk mengocok penis si tukang ojek yang satu lagi. Tubuhku basah kuyup oleh keringat dan juga sperma yang disemburkan oleh mereka yang menggauliku.
“Aduh, belum puas juga nih orang.. bisa pingsan gua lama-lama nih!”, pikirku
Tubuhku kembali ditelentangkan di atas tikar. Kali ini giliran si Mat, dasar perjaka.. dia masih terlihat agak canggung saat ke mau mulai sehingga harus kubimbing penisnya untuk menusuk vaginaku dan kurangsang dengan kata-kata
“Ayo Mat, kapan lagi lu bisa ngerasain ngentot sama cewek kampus, puasin Mbak dong kalo lu laki-laki!”.
Setelah masuk setengah kusuruh dia gerakkan pinggulnya maju-mundur. Tidak sampai lima menit dia nampak sudah terbiasa dan menikmatinya. Si hansip sekarang naik ke dadaku dan menjepitkan penisnya di antara kedua payudaraku, lalu dia kocok penisnya disitu. Aku melihat jelas sekali kepala penis itu maju mundur di bawah wajahku. Si tukang ojek berkumis menarik wajahku ke samping dan menyodorkan penisnya. Kugenggam dan kujilati kepalanya sehingga pemiliknya mendesah nikmat, mulutku tidak muat menampung penisnya yang paling besar di antara mereka berlima. Aku sudah tidak bisa ngapa-ngapain lagi, tubuhku dikuasai sepenuhnya oleh mereka, aku hanya bisa menggerakkan tangan kiriku, itupun untuk mengocok penis si tukang ojek yang satu lagi. Tubuhku basah kuyup oleh keringat dan juga sperma yang disemburkan oleh mereka yang menggauliku.
Setelah mereka semua kebagian jatah, aku
membersihkan tubuhku dengan handuk basah yang diberikan si hansip lalu memakai
kembali pakaianku. Mereka berpamitan padaku dengan meneput pantatku atau
meremas dadaku. Si tukang ojek berkumis mengantarku ke mobil sambil membawa
sejerigen bensin yang tadi dibelinya. Setelah membantuku menuangkan bensin
ternyata dia masih belum puas, dengan paksa dilepaskannya celanaku dan
menyodokkan penisnya ke vaginaku. Kami melakukannya dalam posisi berdiri sambil
berpegangan pada mobilku selama 10 menit. Untung saja tidak ada orang atau
mobil yang lewat disini. Setibanya di rumah aku langsung mengguyur tubuhku yang
bau sperma itu di bawah shower lalu tidur dengan perasaan puas.
Sungguh pengalaman yang memuaskan, dan aku suka
dengan seks liar seperti ini. Pada kesempatan lain akan kuceritakan
pengalamanku ngeseks dengan pelatih mengemudiku, 2 orang pengamen, dosenku,
satpam kampusku, tukang becak yang mangkal di kompleksku, Pak RT, karyawan di
kampusku, dan lain sebagainya.
E N D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.