Diantara empat sekawan geng-ku mungkin yang belum
banyak diketahui pembaca adalah Ratna, aku memang belum sempat menuliskan
pengalaman-pengalaman kami bersamanya. Ratna ini orangnya paling kalem diantara
kami, juga paling pintar dalam pelajaran. Dibanding kami bertiga yang masih
sendiri atau sering gonta-ganti pacar, perjalanan cintanya adalah yang paling
mulus, cowoknya seorang liberal sehingga sehingga membiarkannya bebas
bertualang dengan cowok lain, asalkan hatinya tetap untuknya, begitu kata
cowoknya yang juga pernah terlibat ML denganku itu.
Dia mempunyai tubuh langsing dengan payudara sedang,
berambut hitam sebahu. Wajahnya bersih serta bermata bening dan berbibir indah,
membuat setiap pria terkesima oleh pesonanya. Karena lebih banyak menghabiskan
waktu dengan pacarnya, kebersamaannya denganku lebih sedikit dibanding dua
temanku lainnya.
Hari itu kami rencananya akan clubbing, sebelumnya
aku harus menjemput Ratna dulu di rumahnya baru ke rumah Verna yang tidak
terlalu jauh dari sana, barulah berangkat bareng dengan mobilnya Verna. Aku
sampai ke rumah Ratna terlalu pagi agaknya, baru jam setengah delapan malam.
Setiba di sana aku disambut mamanya yang mengatakan kalau Ratna sedang mandi,
beliau mempersilakanku langsung saja ke kamarnya di lantai tiga.
“Hai, Ci, masuk aja dulu, gua belum beres nih!”
ajaknya saat membuka pintu.
Jelas sekali dia baru mandi karena rambutnya basah
dan cuma memakai handuk hijau yang melilit di tubuhnya.
“Walah, lu baru mandi lu malam gini!” kataku.
“Hehehe.. Tadi ketiduran lama abis nonton film, ya sekalian isi tenaga buat nanti lah!” jawabnya.
“Hehehe.. Tadi ketiduran lama abis nonton film, ya sekalian isi tenaga buat nanti lah!” jawabnya.
Dia duduk di ranjang dan mengoleskan body lotion
pada pahanya, dipersilahkannya aku duduk di sebelahnya. Kuperhatikan tubuh
montoknya yang cuma terbalut handuk dengan kulit putih mulus, kaki kanannya
yang sedang diolesi lotion ditekuk sehingga memancarkan keindahannya.
“Ikutan Amway (salah satu usaha MLM) lu Na? Bukannya
biasa lu pake Bodyshop?” tanyaku merujuk pada body lotion itu.
“Nggak, itu saudara gua nawar-nawarin terus sih, jadi aja gua beli deh, lumayan mahal loh!”
“Bagus nggak tapi?”
“Ya gitulah, kata gua sih nggak beda jauh, cuma bantuin saudara gua nambah poin aja sih,” jawabnya, “Nih.. Coba aja sama lu sini!” seraya menawarkannya padaku
“Nggak, itu saudara gua nawar-nawarin terus sih, jadi aja gua beli deh, lumayan mahal loh!”
“Bagus nggak tapi?”
“Ya gitulah, kata gua sih nggak beda jauh, cuma bantuin saudara gua nambah poin aja sih,” jawabnya, “Nih.. Coba aja sama lu sini!” seraya menawarkannya padaku
Aku menjulurkan telapak tangan menerima sedikit
cairan itu, lantas kuoleskan pada lengan dan betisku yang terbuka karena saat
itu memakai celana jeans ketat sepanjang lutut.
“Ci, bisa tolong gosokin ke punggung sekalian
nggak?” pintanya sambil melepas handuk yang membelit tubuhnya sehingga
terlihatlah tubuh telanjang dibaliknya.
Ratna merebahkan tubuhnya tengkurap dan menaruh
kepalanya pada kedua lengannya yang dilipat. Mulailah aku menggosok
punggungnya, perlahan sambil memijat. Dia senyum-senyum kecil sambil dan memuji
pijatanku yang katanya enak dan lembut.
“Eemmhh.. Enak Ci, kaya di salon aja, lu emang bakat
mijat deh!”
“Enak aja.. Gua disamain tukang pijat, iihh!” kataku sambil menepuk pelan pantat montoknya.
“Aw.. Genit ah lu, tepuk-tepuk pantat segala” sambil tertawa cekikikan.
“Enak aja.. Gua disamain tukang pijat, iihh!” kataku sambil menepuk pelan pantat montoknya.
“Aw.. Genit ah lu, tepuk-tepuk pantat segala” sambil tertawa cekikikan.
Mumpung tanganku sudah mendarat di pantatnya dan
cairan itu masih tersisa sedikit ditanganku, akupun sekalian memijati
pantatnya.
“Disini sekalian dioles juga yah, tanggung nih dikit
lagi, sayang kan mahal-mahal mubazir” saranku yang lalu diiyakannya.
Ketika mengurut bongkahan pantatnya terdengar olehku
dia mendesis pelan dan tubuhnya sedikit bergetar. Melihat reaksinya,
iseng-iseng aku menyusupkan tanganku ke paha dalam lalu merambat perlahan ke
pangkalnya.
“Oohh.. Ci!!” desisnya makin jelas begitu daerah
sensitif itu kusentuh.
Entah secara disadari atau tidak, dia merenggangkan
kedua pahanya seolah minta lebih. Karena dia menikmati yang kulakukan, akupun
mulai horny dan terdorong meneruskan lebih jauh lagi.
Pinggiran vaginanya kuusapi dan sedikit demi sedikit
jari tengah dan telunjukku mulai masuk ke lubang kemaluannya. Jempolku kususupi
ke anusnya diiringi desahannya, oohh..! Baik aku maupun dia makin terangsang
saja dengan suasana seperti ini. Tanganku yang sudah basah oleh body lotion
jadi tambah basah bercampur dengan air kewanitaan Ratna. Sekitar sepuluh menit
jari-jariku bermain pada anus dan vaginanya hingga akhirnya dia menggelinjang
dan mendesah mencapai orgasmenya. Dua menit kemudian dia bangkit duduk di
ranjang dan menatapku dengan senyum manis.
“Ok, sekarang giliran lu Ci” katanya.
Akupun mulai melepas tank-top dan BH-ku sehingga aku
topless sekarang.
“Wah, tambah seksi aja lu Ci” sahutnya sambil
memencet payudaraku.
“Sama lu juga, pantesan si Samuel betah sama lu” jawabku sambil balas mencubit putingnya.
“Sama lu juga, pantesan si Samuel betah sama lu” jawabku sambil balas mencubit putingnya.
Kami saling meraba payudara, pelan-pelan wajah kami
semakin dekat, hidungku bertemu hidungnya. Hembusan nafas Ratna yang sudah
memburu terasa di wajahku. Kulingkarkan tanganku pada lehernya dan bibir kami
mulai saling mendekat hingga bertemu.
Aku mengeluarkan lidah menjilati bibirnya, dia juga
ikut mengeluarkan lidahnya membalas perbuatanku. Lidah kami menari-nari dalam
mulut pasangan masing-masing. Tangannya yang lembut membelai punggungku
menimbulkan sensasi geli yang nikmat. Demikian pula halnya tanganku turut
mengelus punggungnya, sementara tangan kananku meremas payudaranya sambil memilin-milin
putingnya, puting itu makin mengeras karena terus kumain-mainkan. Tanpa melepas
ciuman, kudorong tubuhku de depan sehingga menindihnya. Ciuman kami semakin hot
seiring dengan gairah yang makin membara dalam diri kami. Suara-suara kecupan
bercampur dengan erangan tertahan dan nafas kami yang makin menderu.
Tiba-tiba Ratna mendorong tubuhku dan berguling ke
samping, kini posisi kami bertukar menjadi dia yang menindihku. Tangannya
dengan sigap membuka sabukku dan memerosotkan celanaku berserta celana dalam
dibaliknya. Aku turut menggerakkan kakiku membantu celana itu lepas dari
tubuhku. Ratna melemparkan celana dan celana dalamku ke kursi rias yang tak
jauh dari sini. Kembali dia menindihku hingga payudara kami saling menghimpit.
Setengah menit kami berpelukan erat dengan mata saling tatap, kemudian
kurasakan suatu gesekan pada bibir vaginaku yang membuatku mendesah secara
refleks.
Ternyata Ratna mengelus vaginaku dengan pahanya. Aku
membuka pahaku lebih lebar agar klitorisku juga merasakan belaian lembut itu.
Gesekan itu membuatku menggelinjang, belum lagi sekarang Ratna sudah mulai
menciumi telingaku. Hembusan nafas ditambah permainan lidahnya pada lubang dan
daun telingaku menghanyutkanku lebih dalam.
“Eemmhh.. Nana.. Mm!” desahku dengan mata terpejam.
“Servis gua ok kan” katanya berbisik di telingaku.
“Servis gua ok kan” katanya berbisik di telingaku.
Ciumannya merambat turun ke leherku, ssrr.. Lidahnya
menyapu telak leher jenjangku disusul gigitan pelan dan cupangan yang
dilakukannya dengan lembut dan mesra. Tangan kirinya menangkap payudaraku dan meremasnya
lembut, jari-jarinya yang lentik menyentil-nyentil putingku hingga membuatnya
makin tegang. Dari leher mulutnya turun lagi ke dadaku, lidahnya menjilati
putingku yang kanan sementara tangan kirinya tetap memijat payudara kiriku.
“Terus Na.. Give me more!” kataku sambil menekan
kepalanya karena tidak puas hanya dengan dijilati saja.
Tubuhku bergetar hebat merasakan payudaraku dikenyot
dan diremas olehnya.
Tangan kanannya kini bercokol di kemaluanku
menggantikan pahanya, jarinya membelai lembut diantara kerimbunan bulu-bulu
kemaluanku. Dua jari lainnya masuk ke dalam dan mengelus-elus dinding vaginaku
sekaligus mencari klitorisku. Ketika menemukan titik rangsangan itu, semakin
gencarlah dia memainkan benda itu sehingga tubuhku makin tak terkendali dengan
mendesah dan menggeliat-geliat. Butir-butir keringat seperti embun sudah
membasahi dahiku dan wajahku makin merah menandakan betapa terangsangnya aku.
Kugerakkan tanganku ke bawah meraih payudaranya dan meremasinya sebagai respon
perbuatannya.
Jilatan Ratna turun lagi ke pusar yang dia jilati
sebentar membuatku tertawa kecil karena geli, kemudian turun lagi mencapai
vaginaku. Diperhatikannya sejenak kemaluanku sambil mengelus bulunya yang
lebat. Kedua jarinya membuka bibir vaginaku sehingga udara dingin dari AC
menerpanya. Darahku makin bergolak ketika dia mulai membenamkan wajahnya ke
daerah itu. Aahh.. Desisku begitu lidahnya menyentuh bibir vaginaku.
“Na.. Eenngghh.. Di situ.. Terus!” aku menggeliat
merasakan lidah Ratna bergerak liar seperti ular merangsang setiap titik peka
pada vaginaku. Sebagai seorang wanita, dia tahu betul bagaimana memanjakan
tubuh wanita secara seksual.
Aku sungguh menikmati permainan oralnya. Kedua
pahaku merapat mengapit kepalanya menahan rasa geli. Otomatis pinggulku ikut bergoyang
akibat rangsangan itu, Ratna memegangi pinggulku untuk menahan guncangan agar
tak terlalu keras. Birahiku pun makin memuncak yang berakibat tubuhku
menggelinjang hebat. Akhirnya sebuah erangan panjang menandai orgasmeku,
tubuhku mengejang dengan tangan kiri meremas payudaraku sendiri dan tangan
kananku menekan kepalanya lebih terbenam lagi di selangkanganku. Aku merasakan
vaginaku dihisap-hisap kuat olehnya, melahap setiap tetes cairan yang terus
mengalir dari sana.
“Oohh.. Nana.. Bitch.. Aahh.. Akh!” erangku dengan
mata merem-melek sambil meremas rambutnya.
Lalu Ratna pun mengangkat wajahnya dan kembali naik
ke tubuhku, pada mulutnya yang belepotan cairan kewanitaanku itu tersungging
sebuah senyum.
“Love it?” tanyanya dekat wajahku.
Aku cuma mengangguk dengan nafas masih kacau.
Diciumnya bibirku dan kubalas dengan tak kalah bernafsu. Aroma vaginaku masih
terasa tajam pada mulutnya, kami ber-French kiss sambil menikmati sisa-sisa
cairan kemaluanku.
Setelah tenagaku terkumpul aku mencoba membalikkan tubuhnya
hingga dia telentang di sebelahku. Kubelai rambut dan wajahnya sambil
mendekatkan wajahku padanya. Putingnya yang terjepit diantara jariku kupencet
dan kuplintir menyebabkan dia mendesah, saat itulah aku mencium bibirnya yang
terbuka. Lidahnya kukulum dalam mulutku sambil menggerayangi payudaranya. Ratna
menggeliat-geliat saat lehernya merasakan jilatan dan cupanganku, di saat yang
sama tanganku sibuk memilin-milin kedua putingnya yang sudah keras. Dalam
keadaan birahi tinggi seperti itu secara tidak sengaja, tangannya yang tadinya
cuma mengelus punggung, tiba-tiba mencakarku.
“Aduh-duh.. Hati-hati dong Na, sakit tau, udah tau
kuku panjang gitu!” protesku.
“Eehh.. Sory Ci, sory banget, habis lagi tegangan tinggi sih, cuma lecet dikit kan nggak akan berbekas!”
“Awas ya, gua bales nih!” puting kanannya kugigit agak keras sambil meremas payudaranya.
“Aakkhh.. Ci.. Pelan-pelan!” erangnya dengan tubuh mengejang.
“Eehh.. Sory Ci, sory banget, habis lagi tegangan tinggi sih, cuma lecet dikit kan nggak akan berbekas!”
“Awas ya, gua bales nih!” puting kanannya kugigit agak keras sambil meremas payudaranya.
“Aakkhh.. Ci.. Pelan-pelan!” erangnya dengan tubuh mengejang.
Erangannya justru membuatku makin bergairah
mengenyot kedua payudaranya secara bergantian. Selanjutnya aku mulai melakukan
mandi kucing terhadapnya. Leher dan pundaknya kusapu dengan lidah, kedua
tangannya kurentangkan ke atas sehingga aku bisa menjilati ketiaknya yang bebas
bulu.
“Oohh.. Ampun Ci.. Geli..!” desahnya bercampur tawa
kegelian, tubuhnya pun terhentak-hentak.
Aku terus menjilati ke bagian dada, perut, hingga
sampai pada kemaluannya. Bulu-bulunya agak jarang, tidak selebat milikku, serta
bentuknya dicukur rapih. Tanpa buang waktu lagi aku langsung menjilati
belahannya dan menggesek-gesek klitorisnya dengan jariku, perbuatanku ini
spontan membuatnya menggelinjang hebat.
“Aahh.. Gila.. Uuhh.. Uhh.. Disitu enak Ci!”
demikian desah Ratna.
Lidahku menyusup lebih dalam menjilati dinding
kemaluan dan klitorisnya, semakin kujilat semakin basah daerah itu. Klitorisnya
kutangkap dengan mulut dan kuhisap sehingga pemiliknya makin berkelejotan tak
karuan.
“Ci.. Citra, udah.. Gua keluar!” erangnya lebih
panjang seiring dengan mengejangnya tubuhnya.
Cairan yang keluar dari kemaluannya semakin banyak
serta merta kujilati dengan nikmat.
Ratna kembali melemas sementara aku masih saja
menjilati tubuhnya sampai 2-3 menit ke depan. Akhirnya kamipun tergolek
bersebelahan, beristirahat sejenak dengan obrolan dan canda ringan. Tiba-tiba
HP Ratna berbunyi.
“Iya-iya, ntar lagi kita berangkat kok.. Udah Citra
dah datang dari tadi, tunggu ya!” kata Ratna menjawab HP-nya.
“Verna tuh, udah ngomel-ngomel, yuk siap-siap!” katanya lagi setelah menutup HP.
“Verna tuh, udah ngomel-ngomel, yuk siap-siap!” katanya lagi setelah menutup HP.
Kamipun bangun menuju kamar mandi untuk membersihkan
tubuh dengan handuk basah. Ratna berdandan dengan terburu-buru sampai hampir
lupa meresleting bajunya.
“Ya ampun Na, dari tadi pintu nggak dikunci yah,
gimana kalo ada yang kesini?” seruku ketika mau membuka pintu.
“Ups, lupa.. Heheh.. Rasanya sih nggak, cuma ada nyokap di bawah, untung si Vina (adiknya) lagi keluar, yuk let’s go!” dia menarik lenganku dan melangkah ke bawah dengan cepat.
“Ups, lupa.. Heheh.. Rasanya sih nggak, cuma ada nyokap di bawah, untung si Vina (adiknya) lagi keluar, yuk let’s go!” dia menarik lenganku dan melangkah ke bawah dengan cepat.
Setelah pamitan pada mamanya, kamipun berangkat
untuk menikmati hiburan malam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.