Kisah ini terjadi ketika aku masih SMU, ketika
umurku masih 18 tahun, waktu itu rambutku masih sepanjang sedada dan hitam
(sekarang sebahu lebih dan sedikit merah). Di SMU aku termasuk sebagai anak
yang menjadi incaran para cowok. Tubuhku cukup proporsional untuk seusiaku
dengan buah dada yang sedang tapi kencang serta pinggul yang membentuk,
pinggang dan perutku pun ukurannya pas karena rajin olahraga, ditambah lagi
kulitku yang putih mulus ini. Aku pertama mengenal seks dari pacarku yang tak
lama kemudian putus, pengalaman pertama itu membuatku haus seks dan selalu
ingin mencoba pengalaman yang lebih heboh. Beberapa kali aku berpacaran singkat
yang selalu berujung di ranjang. Aku sangat jenuh dengan kehidupan seksku, aku
menginginkan seseorang yang bisa membuatku menjerit-jerit dan tak berkutik
kehabisan tenaga.
Ketika itu aku belum diijinkan untuk membawa mobil
sendiri, jadi untuk keperluan itu orang tuaku mempekerjakaan Bang Tohir sebagai
sopir pribadi keluarga kami merangkap pembantu. Dia berusia sekitar 30-an dan
mempunyai badan yang tinggi besar serta berisi, kulitnya kehitam-hitaman karena
sering bekerja di bawah terik matahari (dia dulu bekerja sebagai sopir truk di
pelabuhan). Aku sering memergokinya sedang mengamati bentuk tubuhku, memang sih
aku sering memakai baju yang minim di rumah karena panasnya iklim di kotaku.
Waktu mengantar jemputku juga dia sering mencuri-curi pandang melihat ke pahaku
dengan rok seragam abu-abu yang mini. Begitu juga aku, aku sering membayangkan
bagaimana bila aku disenggamai olehnya, seperti apa rasanya bila batangnya yang
pasti kekar seperti tubuhnya itu mengaduk-aduk kewanitaanku. Tapi waktu itu aku
belum seberani sekarang, aku masih ragu-ragu memikirkan perbedaan status
diantara kita.
Obsesiku yang menggebu-gebu untuk merasakan ML
dengannya akhirnya benar-benar terwujud dengan rencana yang kusiapkan dengan
matang. Hari itu aku baru bubaran pukul 3 karena ada ekstra kurikuler, aku
menuju ke tempat parkir dimana Bang Tohir sudah menunggu. Aku berpura-pura
tidak enak badan dan menyuruhnya cepat-cepat pulang. Di mobil, sandaran kursi
kuturunkan agar bisa berbaring, tubuhku kubaringkan sambil memejamkan mata.
Begitu juga kusuruh dia agar tidak menyalakan AC dengan alasan badanku tambah
tidak enak, sebagai gantinya aku membuka dua kancing atasku sehingga bra
kuningku sedikit tersembul dan itu cukup menarik perhatiannya.
“Non ga apa-apa kan? Sabar ya bentar lagi sampai kok” hiburnya
“Non ga apa-apa kan? Sabar ya bentar lagi sampai kok” hiburnya
Waktu itu dirumah sedang tidak ada siapa-siapa,
kedua orang tuaku seperti biasa pulang malam, jadi hanya ada kami berdua.
Setelah memasukkan mobil dan mengunci pagar aku memintanya untuk memapahku ke
kamarku di lantai dua. Di kamar, dibaringkannya tubuhku di ranjang. Waktu dia
mau keluar aku mencegahnya dan menyuruhnya memijat kepalaku. Dia tampak tegang
dan berkali-kali menelan ludah melihat posisi tidurku itu dan dadaku yang putih
agak menyembul karena kancing atasnya sudah terbuka, apalagi waktu kutekuk kaki
kananku sehingga kontan paha mulus dan CD-ku tersingkap. Walaupun memijat
kepalaku, namun matanya terus terarah pada pahaku yang tersingkap. Karena
terus-terusan disuguhi pemandangan seperti itu ditambah lagi dengan geliat
tubuhku, akhirnya dia tidak tahan lagi memegang pahaku. Tangannya yang kasar
itu mengelusi pahaku dan merayap makin dalam hingga menggosok kemaluanku dari
luar celana dalamku.
“Ssshhh…Bang” desahku dengan agak gemetar ketika
jarinya menekan bagian tengah kemaluanku yang masih terbungkus celana dalam.
“Tenang non…saya sudah daridulu kesengsem sama non, apalagi kalau ngeliat non pake baju olahraga, duh tambah gak kuat abang ngeliatnya juga” katanya merayu sambil terus mengelusi bagian pangkal pahaku dengan jarinya.
Tohir mulai menjilati pahaku yang putih mulus, kepalanya masuk ke dalam rok abu-abuku, jilatannya perlahan-lahan mulai menjalar menuju ke tengah. Aku hanya dapat mencengkram sprei dan kepala Tohir yang terselubung rokku saat kurasakan lidahnya yang tebal dan kasar itu menyusup ke pinggir celana dalamku lalu menyentuh bibir vaginaku. Bukan hanya bibir vaginaku yang dijilatinya, tapi lidahnya juga masuk ke liang vaginaku, rasanya wuiihh…gak karuan, geli-geli enak seperti mau pipis. Tangannya yang terus mengelus paha dan pantatku mempercepat naiknya libidoku, apalagi sejak sejak beberapa hari terakhir ini aku belum melakukannya lagi.
“Tenang non…saya sudah daridulu kesengsem sama non, apalagi kalau ngeliat non pake baju olahraga, duh tambah gak kuat abang ngeliatnya juga” katanya merayu sambil terus mengelusi bagian pangkal pahaku dengan jarinya.
Tohir mulai menjilati pahaku yang putih mulus, kepalanya masuk ke dalam rok abu-abuku, jilatannya perlahan-lahan mulai menjalar menuju ke tengah. Aku hanya dapat mencengkram sprei dan kepala Tohir yang terselubung rokku saat kurasakan lidahnya yang tebal dan kasar itu menyusup ke pinggir celana dalamku lalu menyentuh bibir vaginaku. Bukan hanya bibir vaginaku yang dijilatinya, tapi lidahnya juga masuk ke liang vaginaku, rasanya wuiihh…gak karuan, geli-geli enak seperti mau pipis. Tangannya yang terus mengelus paha dan pantatku mempercepat naiknya libidoku, apalagi sejak sejak beberapa hari terakhir ini aku belum melakukannya lagi.
Sesaat kemudian, Tohir menarik kepalanya keluar dari
rokku, bersamaan dengan itu pula celana dalamku ikut ditarik lepas olehnya.
Matanya seperti mau copot melihat kewanitaanku yang sudah tidak tertutup
apa-apa lagi dari balik rokku yang tersingkap. Dia dekap tubuhku dari belakang
dalam posisi berbaring menyamping. Dengan lembut dia membelai permukaannya yang
ditumbuhi bulu-bulu halus itu. Sementara tangan yang satunya mulai naik ke
payudaraku, darahku makin bergolak ketika telapak tangannya yang kasar itu
menyusup ke balik bra-ku kemudian meremas daging kenyal di baliknya.
“Non, teteknya bagus amat….sama bagusnya kaya memeknya, non marah ga saya giniin ?” tanyanya dekat telingaku sehingga deru nafasnya serasa menggelitik.
Aku hanya menggelengkan kepalaku dan meresapi dalam-dalam elusan-elusan pada daerah sensitifku. Tohir yang merasa mendapat restu dariku menjadi semakin buas, jari-jarinya kini bukan hanya mengelus kemaluanku tapi juga mulai mengorek-ngoreknya, cup bra-ku yang sebelah kanan diturunkannya sehingga dia dapat melihat jelas payudaraku dengan putingnya yang mungil.
“Non, teteknya bagus amat….sama bagusnya kaya memeknya, non marah ga saya giniin ?” tanyanya dekat telingaku sehingga deru nafasnya serasa menggelitik.
Aku hanya menggelengkan kepalaku dan meresapi dalam-dalam elusan-elusan pada daerah sensitifku. Tohir yang merasa mendapat restu dariku menjadi semakin buas, jari-jarinya kini bukan hanya mengelus kemaluanku tapi juga mulai mengorek-ngoreknya, cup bra-ku yang sebelah kanan diturunkannya sehingga dia dapat melihat jelas payudaraku dengan putingnya yang mungil.
Aku merasakan benda keras di balik celananya yang
digesek-gesek pada pantatku. Tohir kelihatan sangat bernafsu melihat payudaraku
yang montok itu, tangannya meremas-remas dan terkadang memilin-milin putingnya.
Remasannya semakin kasar dan mulai meraih yang kiri setelah dia pelorotkan
cup-nya. Ketika dia menciumi leher jenjangku terasa olehku nafasnya juga sudah
memburu, bulu kudukku merinding waktu lidahnya menyapu kulit leherku disertai
cupangan. Aku hanya bisa meresponnya dengan mendesah dan merintih, bahkan
menjerit pendek waktu remasannya pada dadaku mengencang atau jarinya mengebor
kemaluanku lebih dalam. Cupanganya bergerak naik menuju mulutku meninggalkan
jejak berupa air liur dan bekas gigitan di permukaan kulit yang dilalui.
Bibirnya akhirnya bertemu dengan bibirku menyumbat eranganku, dia menciumiku
dengan gemas.
Pada awalnya aku menghindari dicium olehnya karena
Tohir perokok jadi bau nafasnya tidak sedap, namun dia bergerak lebih cepat dan
berhasil melumat bibirku. Lama-lama mulutku mulai terbuka membiarkan lidahnya
masuk, dia menyapu langit-langit mulutku dan menggelikitik lidahku dengan
lidahnya sehingga lidahku pun turut beradu dengannya. Kami larut dalam birahi
sehingga bau mulutnya itu seolah-olah hilang, malahan kini aku lebih berani
memainkan lidahku di dalam mulutnya. Setelah puas berrciuman, Tohir melepaskan
dekapannya dan melepas ikat pinggang usangnya, lalu membuka celana berikut
kolornya. Maka menyembullah kemaluannya yang sudah menegang daritadi. Aku
melihat takjub pada benda itu yang begitu besar dan berurat, warnanya hitam
pula. Jauh lebih menggairahkan dibanding milik teman-teman SMU-ku yang pernah
ML denganku.
Dengan tetap memakai kaos berkerahnya, dia berlutut
di samping kepalaku dan memintaku mengelusi senjatanya itu. Akupun pelan-pelan
meraih benda itu, ya ampun tanganku yang mungil tak muat menggenggamnya,
sungguh fantastis ukurannya.
“Ayo non, emutin kontol saya ini dong, pasti yahud rasanya kalo diemut sama non” katanya.
Kubimbing penis dalam genggamanku ke mulutku yang mungil dan merah, uuhhh…susah sekali memasukkannya karena ukurannya. Sekilas tercium bau keringat dari penisnya sehingga aku harus menahan nafas juga terasa asin waktu lidahku menyentuh kepalanya, namun aku terus memasukkan lebih dalam ke mulutku lalu mulai memaju-mundurkan kepalaku. Selain menyepong tanganku turut aktif mengocok ataupun memijati buah pelirnya.
“Uaahh…uueennakk banget, non udah pengalaman yah” ceracaunya menikmati seponganku, sementara tangannya yang bercokol di payudaraku sedang asyik memelintir dan memencet putingku.
“Ayo non, emutin kontol saya ini dong, pasti yahud rasanya kalo diemut sama non” katanya.
Kubimbing penis dalam genggamanku ke mulutku yang mungil dan merah, uuhhh…susah sekali memasukkannya karena ukurannya. Sekilas tercium bau keringat dari penisnya sehingga aku harus menahan nafas juga terasa asin waktu lidahku menyentuh kepalanya, namun aku terus memasukkan lebih dalam ke mulutku lalu mulai memaju-mundurkan kepalaku. Selain menyepong tanganku turut aktif mengocok ataupun memijati buah pelirnya.
“Uaahh…uueennakk banget, non udah pengalaman yah” ceracaunya menikmati seponganku, sementara tangannya yang bercokol di payudaraku sedang asyik memelintir dan memencet putingku.
Setelah lewat 15 menitan dia melepas penisnya dari
mulutku, sepertinya dia tidak mau cepat-cepat orgasme sebelum permainan yang
lebih dalam. Akupun merasa lebih lega karena mulutku sudah pegal dan dapat
kembali menghirup udara segar. Dia berpindah posisi di antara kedua belah
pahaku dengan penis terarah ke vaginaku. Bibir vaginaku disibakkannya sehingga
mengganga lebar siap dimasuki dan tangan yang satunya membimbing penisnya
menuju sasaran.
“Tahan yah non, mungkin bakal sakit sedikit, tapi kesananya pasti ueenak tenan” katanya
Penisnya yang kekar itu menancap perlahan-lahan di dalam vaginaku. Aku memejamkan mata, meringis, dan merintih menahan rasa perih akibat gesekan benda itu pada milikku yang masih sempit, sampai mataku berair. Penisnya susah sekali menerobos vaginaku yang baru pertama kalinya dimasuki yang sebesar itu (milik teman-temanku tidak seperkasa yang satu ini) walaupun sudah dilumasi oleh lendirku.
“Tahan yah non, mungkin bakal sakit sedikit, tapi kesananya pasti ueenak tenan” katanya
Penisnya yang kekar itu menancap perlahan-lahan di dalam vaginaku. Aku memejamkan mata, meringis, dan merintih menahan rasa perih akibat gesekan benda itu pada milikku yang masih sempit, sampai mataku berair. Penisnya susah sekali menerobos vaginaku yang baru pertama kalinya dimasuki yang sebesar itu (milik teman-temanku tidak seperkasa yang satu ini) walaupun sudah dilumasi oleh lendirku.
Tohir memaksanya perlahan-lahan untuk memasukinya.
Baru kepalanya saja yang masuk aku sudah kesakitan setengah mati dan merintih
seperti mau disembelih. Ternyata si Tohir lihai juga, dia memasukkan penisnya
sedikit demi sedikit kalau terhambat ditariknya lalu dimasukkan lagi. Kini dia
sudah berhasil memasukkan setengah bagiannya dan mulai memompanya walaupun
belum masuk semua. Rintihanku mulai berubah jadi desahan nikmat. Penisnya
menggesek dinding-dinding vaginaku, semakin cepat dan semakin dalam, saking
keenakannya dia tak sadar penisnya ditekan hingga masuk semua. Ini membuatku
merasa sakit bukan main dan aku menyuruhnya berhenti sebentar, namun Tohir yang
sudah kalap ini tidak mendengarkanku, malahan dia menggerakkan pinggulnya lebih
cepat. Aku dibuatnya serasa terbang ke awang-awang, rasa perih dan nikmat
bercampur baur dalam desahan dan gelinjang tubuh kami.
“Ooohh…Non Citra, sayang…sempit banget…memekmu…enaknya !” ceracaunya di tengah aktivitasnya.
“Ooohh…Non Citra, sayang…sempit banget…memekmu…enaknya !” ceracaunya di tengah aktivitasnya.
Dengan tetap menggenjot, dia melepaskan kaosnya dan
melemparnya. Sungguh tubuhnya seperti yang kubayangkan, begitu berisi dan jantan,
otot-ototnya membentuk dengan indah, juga otot perutnya yang seperti
kotak-kotak. Dari posisi berlutut, dia mencondongkan tubuhnya ke depan dan
menindihku, aku merasa hangat dan nyaman di pelukannya, bau badannya yang khas
laki-laki meningkatkan birahiku. Kembali dia melancarkan pompaannya terhadapku,
kali ini ditambah lagi dengan cupangan pada leher dan pundakku sambil meremas
payudaraku. Genjotannya semakin kuat dan bertenaga, terkadang diselingi dengan
gerakan memutar yang membuat vaginaku terasa diobok-obok.
“Ahh…aahh…yeahh, terus entot gua bang” desahku dengan mempererat pelukanku.
“Ahh…aahh…yeahh, terus entot gua bang” desahku dengan mempererat pelukanku.
Aku mencapai orgasme dalam 20 menit dengan posisi
seperti ini, aku melepaskan perasaan itu dengan melolong panjang, tubuhku
mengejang dengan dahsyat , kukuku sampai menggores punggungnya, cairan
kenikmatanku mengalir deras seperti mata air. Setelah gelombang birahi mulai
mereda dia mengelus rambut panjangku seraya berkata
“Non cantik banget waktu keluar tadi, tapi non pasti lebih cantik lagi kalau telanjang, saya bukain bajunya yah non, udah basah gini”
Aku cuma bisa mengangguk dengan nafas tersenggal-senggal tanda setuju. Memang badanku sudah basah berkeringat sampai baju seragamku seperti kehujanan, apalagi AC-nya tidak kunyalakan. Tohir meloloskan pakaianku satu persatu, yang terakhir adalah rok abu-abuku yang dia turunkan lewat kakiku, hingga kini yang tersisa hanya sepasang anting di telingaku dan sebuah cincin yang melingkar di jariku.
“Non cantik banget waktu keluar tadi, tapi non pasti lebih cantik lagi kalau telanjang, saya bukain bajunya yah non, udah basah gini”
Aku cuma bisa mengangguk dengan nafas tersenggal-senggal tanda setuju. Memang badanku sudah basah berkeringat sampai baju seragamku seperti kehujanan, apalagi AC-nya tidak kunyalakan. Tohir meloloskan pakaianku satu persatu, yang terakhir adalah rok abu-abuku yang dia turunkan lewat kakiku, hingga kini yang tersisa hanya sepasang anting di telingaku dan sebuah cincin yang melingkar di jariku.
Dia menelan ludah menatapi tubuhku yang sudah polos,
butir-butir keringat nampak di tubuhku, rambutku yang terurai sudah kusut. Tak
henti-hentinya di memuji keindahan tubuhku yang bersih terawat ini sambil
menggerayanginya. Kemudian dia balikkan tubuhku dan menyuruhku menunggingkan
pantat. Akupun mengangkat pantatku memamerkan vaginaku yang merah merekah di
hadapan wajahnya. Tohir mendekatkan wajahnya ke sana dan menciumi kedua
bongkahan pantatku, dengan gemas dia menjilat dan mengisap kulit pantatku,
sementara tangannya membelai-belai punggung dan pahaku. Mulutnya terus merambat
ke arah selangkangan. Aku mendesis merasakan sensasi seperti kesetrum waktu
lidahnya menyapu naik dari vagina sampai anusku. Kedua jarinya kurasakan
membuka kedua bibir vaginaku, dengusan nafasnya mulai terasa di sana lantas dia
julurkan lidahnya dan memasukkannya disana. Aku mendesah makin tak karuan,
tubuhku menggelinjang, wajahku kubenamkan ke bantal dan menggigitnya, pinggulku
kugerak-gerakkan sebagai ekspresi rasa nikmat.
Di tengah-tengah desahan nikmat mendadak kurasakan
kok lidahnya berubah jadi keras dan besar pula. Aku menoleh ke belakang,
ternyata yang tergesek-gesek di sana bukan lidahnya lagi tapi kepala penisnya.
Aku menahan nafas sambil menggigit bibir merasakan kejantanannya menyeruak
masuk. Aku merasakan rongga kemaluanku hangat dan penuh oleh penisnya.
Urat-urat batangnya sangat terasa pada dinding kemaluanku.
“Oouuhh…Bang !” itulah yang keluar dari mulutku dengan sedikit bergetar saat penisnya amblas ke dalamku.
Dia mulai mengayunkan pinggulnya mula-mula lembut dan berirama, namun semakin lama frekuensinya semakin cepat dan keras. Aku mulai menggila, suaraku terdengar keras sekali beradu dengan erangannya dan deritan ranjang yang bergoyang. Dia mencengkamkan kedua tangannya pada payudaraku, terasa sedikit kukunya di sana, tapi itu hanya perasaan kecil saja dibanding sensasi yang sedang melandaku. Hujaman-hujaman yang diberikannya menimbulkan perasaan nikmat ke seluruh tubuhku.
“Oouuhh…Bang !” itulah yang keluar dari mulutku dengan sedikit bergetar saat penisnya amblas ke dalamku.
Dia mulai mengayunkan pinggulnya mula-mula lembut dan berirama, namun semakin lama frekuensinya semakin cepat dan keras. Aku mulai menggila, suaraku terdengar keras sekali beradu dengan erangannya dan deritan ranjang yang bergoyang. Dia mencengkamkan kedua tangannya pada payudaraku, terasa sedikit kukunya di sana, tapi itu hanya perasaan kecil saja dibanding sensasi yang sedang melandaku. Hujaman-hujaman yang diberikannya menimbulkan perasaan nikmat ke seluruh tubuhku.
Aku menjerit kecil ketika tiba-tiba dia tarik
rambutku dan tangan kanannya yang bercokol di payudaraku juga ikut menarikku ke
belakang. Rupanya dia ingin menaikkanku ke pangkuannya. Sesudah mencari posisi
yang enak, kamipun meneruskan permainan dengan posisi berpangkuan
membelakanginya. Aku mengangkat kedua tanganku dan melingkari lehernya, lalu
dia menolehkan kepalaku agar bisa melumat bibirku. Aku semakin intens
menaik-turunkan tubuhku sambil terus berciuman dengan liar. Tangannya dari
belakang tak henti-hentinya meremasi dadaku, putingku yang sudah mengeras itu
terus saja dimain-mainkan. Gelinjang tubuhku makin tak terkendali karena merasa
akan segera keluar, kugerakkan badanku sekuat tenaga sehingga penis itu menusuk
semakin dalam.
Mengetahui aku sudah diambang klimaks, tiba-tiba dia
melepaskan pelukannya dan berbaring telentang. Disuruhnya aku membalikan
badanku berhadapan dengannya. Harus kuakui dia sungguh hebat dan pandai
mempermainkan nafsuku, aku sudah dibuatnya beberapa kali orgasme, tapi dia
sendiri masih perkasa. Dia biarkan aku mencari kepuasanku sendiri dalam gaya
woman on top. Kelihatannya dia sangat senang menyaksikan payudaraku yang
bergoyang-goyang seirama tubuhku yang naik turun. Beberapa menit dalam posisi
demikian dia menggulingkan tubuhnya ke samping sehingga aku kembali berada di
bawah. Genjotan dan dengusannya semakin keras, menandakan dia akan segera mencapai
klimaks, hal yang sama juga kurasakan pada diriku. Otot-otot kemaluanku
berkontraksi semakin cepat meremas-remas penisnya. Pada detik-detik mencapai
puncak tubuhku mengejang hebat diiringi teriakan panjang. Cairan cintaku
seperti juga keringatku mengalir dengan derasnya menimbulkan suara kecipak.
Tohir sendiri sudah mulai orgasme, dia
mendesah-desah menyebut namaku, penisnya terasa semakun berdenyut dan ukurannya
pun makin membengkak, dan akhirnya….dengan geraman panjang dia cabut penisnya
dari vaginaku. Isi penisnya yang seperti susu kental manis itu dia tumpahkan di
atas dada dan perutku. Setelah menyelesaikan hajatnya dia langsung terkulai
lemas di sebelah tubuhku yang berlumuran sperma dan keringat. Aku yang juga
sudah KO hanya bisa berbaring di atas ranjang yang seprei nya sudah berantakan,
mataku terpejam, buah dadaku naik turun seiring nafasku yang ngos-ngosan,
pahaku masih mekangkang, celah vaginaku serasa terbuka lebih lebar dari
biasanya. Dengan sisa-sisa tenaga, kucoba menyeka ceceran sperma di dadaku,
lalu kujilati maninya dijari-jariku.
Sejak dari itu, Tohir sering memintaku melayaninya
kapanpun dan dimanapun ada kesempatan. Waktu mengantar-jemputku tidak jarang
dia menyuruhku mengoralnya. Tampaknya dia sudah ketagihan dan lupa bahwa aku
ini nona majikannya, bayangkan saja terkadang saat aku sedang tidak ‘mood’ pun
dia memaksaku. Bahkan pernah suatu ketika aku sedang mencicil belajar menjelang
Ebtanas yang sudah 2 minggu lagi, tiba-tiba dia mendatangiku di kamarku (saat
itu sudah hampir jam 12 malam dan ortuku sudah tidur), karena lagi belajar aku
menolaknya, tapi saking nafsunya dia nekad memperkosaku sampai dasterku sedikit
robek, untung kamar ortuku letaknya agak berjauhan dariku. Meskipun begitu aku
selalu mengingatkannya agar menjaga sikap di depan orang lain, terutama ortuku
dan lebih berhati-hati kalau aku sedang subur dengan memakai kondom atau buang
di luar. 3 bulan kemudian Tohir berhenti kerja karena ingin mendampingi
istrinya yang TKW di Timur Tengah, lagipula waktu itu aku sudah lulus SMU dan
sudah direstui untuk membawa mobil sendiri.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sejak aku menyerahkan tubuhku pada Tohir,
sopirku, dia sering memintaku melakukannya lagi setiap kali ada kesempatan,
bahkan terkadang aku dipaksanya melayani nafsunya yang besar itu. Ketika
dimobil dengannya tidak jarang dia suruh aku mengoralnya, kalaupun tidak,
minimal dia mengelus-elus paha mulusku atau meremas dadaku. Pernah malah ketika
kedua orang tuaku keluar kota dia ajak aku tidur bersamanya di kamarku. Memang
di depan orang tuaku dia bersikap padaku sebagaimana sopir terhadap majikannya,
namun begitu jauh dari mereka keadaan menjadi berbalik akulah yang harus
melayaninya. Mulanya sih aku memang agak kesal karena sikapnya yang agak
kelewatan itu, tapi di lain pihak aku justru menikmatinya.
Tepatnya dua minggu sebelum ebtanas, aku sedang
belajar sambil selonjoran bersandar di ujung ranjangku. Ketika itu waktu sudah
menunjukkan pukul 23.47, suasananya hening sekali pas untuk menghafal.
Tiba-tiba konsentrasiku terputus oleh suara ketukan di pintu. Kupikir itu
mamaku yang ingin menengokku, tapi ketika pintu kubuka, jreeenngg….aku
tersentak kaget, si Tohir ternyata.
“Ih, ngapain sih Bang malam-malam gini, kalo keliatan papa mama kan gawat tau”
“Anu non, ga bisa tidur nih…mikirin non terus sih, bisa ga non sekarang…udah tiga hari nih ?” katanya dengan mata menatapi tubuhku yang terbungkus gaun tidur pink.
“Aahh…udah ah Bang, saya kan harus belajar udah mau ujian, ga mau sekarang ah !” omelku sambil menutup pintu.
Namun sebelum pintu tertutup dia menahannya dengan kaki, lalu menyelinap masuk dan baru menutup pintu itu dan menguncinya.
“Tenang aja non, semua udah tidur dari tadi kok, tinggal kita duaan aja” katanya menyeringai
“Ih, ngapain sih Bang malam-malam gini, kalo keliatan papa mama kan gawat tau”
“Anu non, ga bisa tidur nih…mikirin non terus sih, bisa ga non sekarang…udah tiga hari nih ?” katanya dengan mata menatapi tubuhku yang terbungkus gaun tidur pink.
“Aahh…udah ah Bang, saya kan harus belajar udah mau ujian, ga mau sekarang ah !” omelku sambil menutup pintu.
Namun sebelum pintu tertutup dia menahannya dengan kaki, lalu menyelinap masuk dan baru menutup pintu itu dan menguncinya.
“Tenang aja non, semua udah tidur dari tadi kok, tinggal kita duaan aja” katanya menyeringai
“Jangan ngelunjak Bang…sana cepet keluar !” hardikku
dengan telunjuk mengarah ke pintu
Bukannya menuruti perintahku dia malah melangkah mendekatiku, tatapan matanya tajam seolah menelanjangiku.
“Bang Tohir….saya bilang keluar…jangan maksa !” bentakku lagi.
“Ayolah Non, cuma sebentar aja kok…abang udah kebelet nih, lagian masa non ga cape belakangan ini belajar melulu sih” ucapnya sambil terus mendekat
Aku terus mundur selangkah demi selangkah menghindarinya, jantungku semakin berdebar-debar seperti mau diperkosa saja rasanya. Akhirnya kakiku terpojok oleh tepi ranjangku hingga aku jatuh terduduk di sana. Kesempatan ini tidak disia-siakan sopirku, dia langsung menerkam dan menindih tubuhku. Aku menjerit tertahan dan meronta-ronta dalam himpitannya. Namun sepertinya reaksiku malah membuatnya semakin bernafsu, dia tertawa-tawa sambil menggerayangi tubuhku. Aku menggeleng kepalaku kesana kemari saat dia hendak menciumku dan menggunakan tangaku untuk menahan laju wajahnya.
“Mmhh…jangan Bang…Citra ga mau !” mohonku.
Bukannya menuruti perintahku dia malah melangkah mendekatiku, tatapan matanya tajam seolah menelanjangiku.
“Bang Tohir….saya bilang keluar…jangan maksa !” bentakku lagi.
“Ayolah Non, cuma sebentar aja kok…abang udah kebelet nih, lagian masa non ga cape belakangan ini belajar melulu sih” ucapnya sambil terus mendekat
Aku terus mundur selangkah demi selangkah menghindarinya, jantungku semakin berdebar-debar seperti mau diperkosa saja rasanya. Akhirnya kakiku terpojok oleh tepi ranjangku hingga aku jatuh terduduk di sana. Kesempatan ini tidak disia-siakan sopirku, dia langsung menerkam dan menindih tubuhku. Aku menjerit tertahan dan meronta-ronta dalam himpitannya. Namun sepertinya reaksiku malah membuatnya semakin bernafsu, dia tertawa-tawa sambil menggerayangi tubuhku. Aku menggeleng kepalaku kesana kemari saat dia hendak menciumku dan menggunakan tangaku untuk menahan laju wajahnya.
“Mmhh…jangan Bang…Citra ga mau !” mohonku.
Aneh memang sebenarnya aku bisa saja berteriak minta
tolong, tapi kenapa tidak kulakukan, mungkin aku mulai menikmatinya karena
perlakuan seperti ini bukanlah pertama kalinya bagiku, selain itu aku juga
tidak ingin ortuku mengetahui skandal-skandalku. Breettt…gaun tidurku robek
sedikit di bagian leher karena masih memberontak waktu dia memaksa membukanya.
Dia telah berhasil memegangi kedua lenganku dan direntangkannya ke atas
kepalaku. Aku sudah benar-benar terkunci, hanya bisa menggelengkan kepalaku,
itupun dengan mudah diatasinya, bibirnya yang tebal itu sekarang menempel di
bibirku, aku bisa merasakan kumis pendek yang kasar menggesek sekitar bibirku
juga deru nafasnya pada wajahku. Kecapaian dan kalah tenaga membuat rontaanku
melemah, mau tidak mau aku harus mengikuti nafsunya. Dia merangsangku dengan
mengulum bibirku, mataku terpejam menikmati cumbuannya, lidahnya terus
mendorong-dorong memaksa ingin masuk ke mulutku. Mulutku pun pelan-pelan mulai
terbuka membiarkan lidahnya masuk dan bermain di dalamnya, lidahku secara
refleks beradu karena dia selalu menyentil-nyentil lidahku seakan mengajaknya
ikut menari. Suara desahan tertahan, deru nafas dan kecipak ludah terdengar
jelas olehku.
Mataku yang terpejam terbuka ketika kurasakan tangan
kasarnya mengelusi paha mulusku, dan terus mengelus menuju pangkal paha.
Jarinya menekan-nekan liang vaginaku dan mengusap-ngusap belahan bibirnya dari
luar. Birahiku naik dengan cepatnya, terpancar dari nafasku yang makin tak teratur
dan vaginaku yang mulai becek. Tangannya sudah menyusup ke balik celana
dalamku, jari-jarinya mengusap-usap permukaannya dan menemukan klitorisku,
benda seperti kacang itu dipencet-pencet dan digesekkan dengan jarinya
membuatku menggelinjang dan merem-melek menahan geli bercampur nikmat, terlebih
lagi jari-jari lainnya menyusup dan menyetuh dinding-dinding dalam liang itu.
“Ooohhh…Non Citra jadi tambah cantik aja kalau lagi konak gini !” ucapnya sambil menatapi wajahku yang merona merah dengan matanya yang sayu karena sudah terangsang berat.
Lalu dia tarik keluar tangannya dari celana dalamku, jari-jarinya belepotan cairan bening dari vaginaku.
“Non cepet banget basahnya ya, liat nih becek gini” katanya memperlihatkan jarinya yang basah di depan wajahku yang lalu dijilatinya.
“Ooohhh…Non Citra jadi tambah cantik aja kalau lagi konak gini !” ucapnya sambil menatapi wajahku yang merona merah dengan matanya yang sayu karena sudah terangsang berat.
Lalu dia tarik keluar tangannya dari celana dalamku, jari-jarinya belepotan cairan bening dari vaginaku.
“Non cepet banget basahnya ya, liat nih becek gini” katanya memperlihatkan jarinya yang basah di depan wajahku yang lalu dijilatinya.
Kemudian dengan tangan yang satunya dia sibakkan
gaun tidurku sehingga payudaraku yang tidak memakai bra terbuka tanpa terhalang
apapun. Matanya melotot mengamat-ngamati dan mengelus payudaraku yang berukuran
34B, dengan puting kemerahan serta kulitnya yang putih mulus. Teman-teman
cowoku bilang bahwa bentuk dan ukuran payudaraku ideal untuk orang asia,
kencang dan tegak seperti punya artis bokep Jepang, bukan seperti punya bule
yang terkadang oversize dan turun ke bawah.
“Nnngghhh…bang” desahku dengan mendongak ke belakang merasakan mulutnya memagut payudaraku yang menggemaskan itu.
Mulutnya menjilat, mengisap, dan menggigit pelan putingnya. Sesekali aku bergidik keenakan kalau kumis pendeknya menggesek putingku yang sensitif. Tangan lainnya turut bekerja pada payudaraku yang sebelah dengan melakukan pijatan atau memainkan putingnya sehingga kurasakan kedua benda sensitif itu semakin mengeras. Yang bisa kulakukan hanya mendesah dan meremasi rambutnya yang sedang menyusu.
“Nnngghhh…bang” desahku dengan mendongak ke belakang merasakan mulutnya memagut payudaraku yang menggemaskan itu.
Mulutnya menjilat, mengisap, dan menggigit pelan putingnya. Sesekali aku bergidik keenakan kalau kumis pendeknya menggesek putingku yang sensitif. Tangan lainnya turut bekerja pada payudaraku yang sebelah dengan melakukan pijatan atau memainkan putingnya sehingga kurasakan kedua benda sensitif itu semakin mengeras. Yang bisa kulakukan hanya mendesah dan meremasi rambutnya yang sedang menyusu.
Puas menyusu dariku, mulutnya perlahan-lahan turun
mencium dan menjilati perutku yang rata dan terus berlanjut makin ke bawah
sambil tangannya menurunkan celana dalamku. Sambil memeloroti dia mengelusi
paha mulusku. Cd itu akhirnya lepas melalui kaki kananku yang dia angkat,
setelah itu dia mengulum sejenak jempol kakiku dan juga menjilati kakiku.
Darahku semakin bergolak oleh permainannya yang erotis itu. Selanjutnya dia
mengangkat kedua kakiku ke bahunya, badanku jari setengah terangkat dengan
selangkangan menghadap ke atas. Aku pasrah saja mengikuti posisi yang dia
inginkan, pokoknya aku ingin menuntaskan birahiku ini. Tanpa membuang waktu
lagi dia melumat kemaluanku dengan rakusnya, lidahnya menyapu seluruh pelosok
vaginaku dari bibirnya, klitorisnya, hingga ke dinding di dalamnya, anusku pun
tidak luput dari jilatannya. Lidahnya disentil-sentilkan pada klitorisku
memberikan sensasi yang luar biasa pada daerah itu. Aku benar-benar tak
terkontrol dibuatnya, mataku merem-melek dan berkunang-kunang, syaraf-syaraf
vaginaku mengirimkan rangsangan ini ke seluruh tubuh yang membuatku serasa
menggigil.
“Ah…aahh…Bang…nngghh….terus !” erangku lebih panjang
di puncak kenikmatan, aku meremasi payudaraku sendiri sebagai ekspresi rasa
nikmat
Tohir terus menyedot cairan yang keluar dari sana dengan lahapnya. Tubuhku jadi bergetar seperti mau meledak. Kedua belah pahaku semakin erat mengapit kepalanya. Setelah puas menyantap hidangan pembuka berupa cairan cintaku barulah dia turunkan kakiku. Aku sempat beristirahat dengan menunggunya membuka baju, tapi itu tidak lama. Setelah dia membuka baju, dia buka juga dasterku yang sudah tersingkap, kami berdua kini telanjang bulat. Dia membentangkan kedua pahaku dan mengambil posisi berlutut di antaranya. Bibir vaginaku jadi ikut terbuka memancarkan warna merah merekah diantara bulu-bulu hitamnya, siap untuk menyambut yang akan memasukinya. Namun Tohir tidak langsung mencoblosnya, terlebih dulu dia gesek-gesekkan penisnya yang besar itu pada bibirnya untuk memancing birahiku agar naik lagi. Karena sudah tidak sabar ingin segera dicoblos aku meraih batang itu, keras sekali benda itu waktu kugenggam, panjang dan berurat lagi.
Tohir terus menyedot cairan yang keluar dari sana dengan lahapnya. Tubuhku jadi bergetar seperti mau meledak. Kedua belah pahaku semakin erat mengapit kepalanya. Setelah puas menyantap hidangan pembuka berupa cairan cintaku barulah dia turunkan kakiku. Aku sempat beristirahat dengan menunggunya membuka baju, tapi itu tidak lama. Setelah dia membuka baju, dia buka juga dasterku yang sudah tersingkap, kami berdua kini telanjang bulat. Dia membentangkan kedua pahaku dan mengambil posisi berlutut di antaranya. Bibir vaginaku jadi ikut terbuka memancarkan warna merah merekah diantara bulu-bulu hitamnya, siap untuk menyambut yang akan memasukinya. Namun Tohir tidak langsung mencoblosnya, terlebih dulu dia gesek-gesekkan penisnya yang besar itu pada bibirnya untuk memancing birahiku agar naik lagi. Karena sudah tidak sabar ingin segera dicoblos aku meraih batang itu, keras sekali benda itu waktu kugenggam, panjang dan berurat lagi.
“Aaakkhh…!” erangku lirih sambil mengepalkan tangan
erat-erat saat penisnya melesak masuk ke dalamku
“Aauuuhhh….!” aku menjerit lebih keras dengan tubuh berkelejotan karena hentakan kerasnya hingga penis itu tertancap seluruhnya pada vaginaku.
Untung saja kamar papa mamaku di lantai dasar dan letaknya cukup jauh dari kamarku, kalau tidak tentu suara-suara aneh di kamarku pasti terdengar oleh mereka, bagaimanapun sopirku ini termasuk nekad berani melakukannya di saat dan tempat seperti ini, tapi justru disinilah sensasinya ngeseks di tempat yang ‘berbahaya’. Dengan gerakan perlahan dia menarik penisnya lalu ditekan ke dalam lagi seakan ingin menikmati dulu gesekan-gesekan pada himpitan lorong sempit yang bergerinjal-gerinjal itu. Aku ikut menggoyangkan pinggul dan memainkan otot vaginaku mengimbangi sodokannya. Responku membuatnya semakin menggila, penisnya semakin lama menyodok semakin kasar saja, kedua gunungku jadi ikut terguncang-guncang dengan kencang.
“Aauuuhhh….!” aku menjerit lebih keras dengan tubuh berkelejotan karena hentakan kerasnya hingga penis itu tertancap seluruhnya pada vaginaku.
Untung saja kamar papa mamaku di lantai dasar dan letaknya cukup jauh dari kamarku, kalau tidak tentu suara-suara aneh di kamarku pasti terdengar oleh mereka, bagaimanapun sopirku ini termasuk nekad berani melakukannya di saat dan tempat seperti ini, tapi justru disinilah sensasinya ngeseks di tempat yang ‘berbahaya’. Dengan gerakan perlahan dia menarik penisnya lalu ditekan ke dalam lagi seakan ingin menikmati dulu gesekan-gesekan pada himpitan lorong sempit yang bergerinjal-gerinjal itu. Aku ikut menggoyangkan pinggul dan memainkan otot vaginaku mengimbangi sodokannya. Responku membuatnya semakin menggila, penisnya semakin lama menyodok semakin kasar saja, kedua gunungku jadi ikut terguncang-guncang dengan kencang.
Kuperhatikan selama menggenjotku otot-otot tubuhnya
mengeras, tubuhnya yang hitam kekar bercucuran keringat, sungguh macho sekali,
pria sejati yang memberiku kenikmatan sejati. Suara desahanku bercampur baur
dengan erangan jantannya dan derit ranjang. Butir-butir keringat nampak di
sejukur tubuhku seperti embun, walaupun ruangan ini ber-ac tapi aku merasa
panas sekali.
“Uugghh…Non Citra…sayang…kamu emang uenak tenan…oohh…non cewek paling cantik yang pernah abang entotin” Tohir memgumam tak karuan di tengah aktivitasnya.
Dia menurunkan tubuhnya hingga menindihku, kusambut dengan pelukan erat, kedua tungkaiku kulingkarkan di pinggangnya. Dia mendekatkan mulutnya ke leher jenjangku dan memagutnya. Sementara di bawah sana penisnya makin gencar mengaduk-aduk vaginaku, diselingi gerakan berputar yang membuatku serasa diaduk-aduk. Tubuh kami sudah berlumuran keringat yang saling bercampur, akupun semakin erat memeluknya. Aku merintih makin tak karuan menyambut klimaks yang sudah mendekat bagaikan ombak besar yang akan menghantam pesisir pantai.
“Uugghh…Non Citra…sayang…kamu emang uenak tenan…oohh…non cewek paling cantik yang pernah abang entotin” Tohir memgumam tak karuan di tengah aktivitasnya.
Dia menurunkan tubuhnya hingga menindihku, kusambut dengan pelukan erat, kedua tungkaiku kulingkarkan di pinggangnya. Dia mendekatkan mulutnya ke leher jenjangku dan memagutnya. Sementara di bawah sana penisnya makin gencar mengaduk-aduk vaginaku, diselingi gerakan berputar yang membuatku serasa diaduk-aduk. Tubuh kami sudah berlumuran keringat yang saling bercampur, akupun semakin erat memeluknya. Aku merintih makin tak karuan menyambut klimaks yang sudah mendekat bagaikan ombak besar yang akan menghantam pesisir pantai.
Namun begitu sudah di ambang klimaks dia menurunkan
frekuensi genjotannya. Tanpa melepaskan penisnya, dia bangkit mendudukkan
dirinya, maka otomatis aku sekarang diatas pangkuannya. Dengan posisi ini
penisnya menancap lebih dalam pada vaginaku, semakin terasa pula otot dan
uratnya yang seperti akar beringin itu menggesek dinding kemaluanku. Kembali
aku menggoyangkan badanku, kini dengan gerakan naik-turun. Dia merem-melek
keenakan dengan perlakuanku, mulutnya sibuk melumat payudaraku kiri dan kanan
secara bergantian membuat kedua benda itu penuh bekas gigitan dan air liur.
Tangannya terus menjelajahi lekuk-lekuk tubuhku, mengelusi punggung, pantat,
dan paha. Tak lama kemudian aku kembali mendekati orgasme, maka kupercepat
goyanganku dan mempererat pelukanku. Hingga akhirnya mencapai suatu titik
dimana tubuhku mengejang, detak jantung mengencang, dan pandangan agak kabur
lalu disusul erangan panjang serta melelehnya cairan hangat dari vaginaku. Saat
itu dia gigit putingku dengan cukup keras sehingga gelinjangku makin tak karuan
oleh rasa perih bercampur nikmat. Ketika gelombang itu berangsur-angsur
berlalu, goyanganku pun makin mereda, tubuhku seperti mati rasa dan roboh ke
belakang tapi ditopang dengan lengannya yang kokoh.
Dia membiarkanku berbaring mengumpulkan tenaga
sebentar, diambilnya tempat minum di atas meja kecil sebelah ranjangku dan
disodorkan ke mulutku. Beberapa teguk air membuatku lebih enakan dan tenagaku
mulai pulih berangsur-angsur.
“Udah segar lagi kan Non ? Kita terusin lagi yuk !” sahut Tohir senyum-senyum sambil mulai menggerayangi tubuhku kembali.
“Habis ini udahan yah, takut ketahuan nih” kataku
Kali ini tubuhku dibalikkan dalam posisi menungging, kemudian dia mulai menciumi pantatku. Lidahnya menelusuri vagina dan anusku memberiku sensasi geli. Kemudian aku merasa dia meludahi bagian duburku, ya ketika kulihat ke belakang dia memang sedang membuang ludahnya beberapa kali ke daerah itu, lalu digosok-gosokkan dengan jarinya. Oh…jangan-jangan dia mau main sodomi, aku sudah lemas dulu membayangkan rasa sakitnya ditusuk benda sebesar itu pada daerah situ padahal dia belum juga menusuk. Pertama kali aku melakukan anal sex dengan temanku yang penisnya tidak sebesar Tohir saja sudah sakit banget, apalagi yang sebesar ini, aduh bisa mampus gua pikirku.
“Udah segar lagi kan Non ? Kita terusin lagi yuk !” sahut Tohir senyum-senyum sambil mulai menggerayangi tubuhku kembali.
“Habis ini udahan yah, takut ketahuan nih” kataku
Kali ini tubuhku dibalikkan dalam posisi menungging, kemudian dia mulai menciumi pantatku. Lidahnya menelusuri vagina dan anusku memberiku sensasi geli. Kemudian aku merasa dia meludahi bagian duburku, ya ketika kulihat ke belakang dia memang sedang membuang ludahnya beberapa kali ke daerah itu, lalu digosok-gosokkan dengan jarinya. Oh…jangan-jangan dia mau main sodomi, aku sudah lemas dulu membayangkan rasa sakitnya ditusuk benda sebesar itu pada daerah situ padahal dia belum juga menusuk. Pertama kali aku melakukan anal sex dengan temanku yang penisnya tidak sebesar Tohir saja sudah sakit banget, apalagi yang sebesar ini, aduh bisa mampus gua pikirku.
Benar saja yang kutakutkan, setelah melicinkan
daerah itu dia bangkit dengan tangan kanan membimbing penisnya dan tangan kiri
membuka anusku. Aku meronta ingin menolak tapi segera dipegangi olehnya.
“Jangan Bang…jangan disitu, sakit !” mohonku setengah meronta
“Tenang Non, nikmati aja dulu, ntar juga enak kok” katanya dengan santai
Aku merintih sambil menggigit guling menahan rasa perih akibat tusukan benda tumpul pada duburku yang lebih sempit dari vaginaku. Air mataku saja sampai meleleh keluar.
“Aduuhh…udah dong Bang….Citra ga tahan” rintihku yang tidak dihiraukannya
“Uuhh…sempit banget nih” dia mengomentariku dengan wajah meringis menahan nikmat.
Setelah beberapa saat menarik dan mendorong akhirnya mentok juga penisnya. Dia diamkan sebentar penisnya disana untuk beradaptasi sekalian menikmati jepitannya. Kesempatan ini juga kupakai untuk membiasakan diri dan mengambil nafas.
“Jangan Bang…jangan disitu, sakit !” mohonku setengah meronta
“Tenang Non, nikmati aja dulu, ntar juga enak kok” katanya dengan santai
Aku merintih sambil menggigit guling menahan rasa perih akibat tusukan benda tumpul pada duburku yang lebih sempit dari vaginaku. Air mataku saja sampai meleleh keluar.
“Aduuhh…udah dong Bang….Citra ga tahan” rintihku yang tidak dihiraukannya
“Uuhh…sempit banget nih” dia mengomentariku dengan wajah meringis menahan nikmat.
Setelah beberapa saat menarik dan mendorong akhirnya mentok juga penisnya. Dia diamkan sebentar penisnya disana untuk beradaptasi sekalian menikmati jepitannya. Kesempatan ini juga kupakai untuk membiasakan diri dan mengambil nafas.
Aku menjerit kecil saat dia mulai menghujamkan
penisnya. Secara bertahap sodokannya bertambah kencang dan kasar sehingga
tubuhku pun ikut terhentak-hentak. Tangannya meraih kedua payudaraku dan
diremas-remasnya dengan brutal. Keringat dan air mataku bercucuran akibat
sensasi nikmat di tengah-tengah rasa perih dan ngilu, aku menangis bukan karena
sedih, juga bukan karena benci, tapi karena rasa sakit bercampur nikmat. Rasa
sakit itu kurasakan terutama pada dubur dan payudara, aku mengaduh setiap kali
dia mengirim hentakan dan remasan keras, namun aku juga tidak rela dia
menyudahinya. Terkadang aku harus menggigit bibir atau bantak untuk meredam
jeritanku agar tidak keluar sampai ke bawah sana. Akhirnya ada sesuatu perasaan
nikmat mengaliri tubuhku yang kuekspresikan dengan erangan panjang, ya aku
mengalami orgasme panjang dengan cara kasar seperti ini, tubuhku menegang
beberapa saat lamanya hingga akhirnya lemas seperti tak bertulang. Tohir
sendiri menyusulku tak lama kemudian, dia menggeram dan makin mempercepat genjotannya.
Kemudian dengan nafas masih memburu dia mencabut penisnya dariku dan
membalikkan tubuhku. Spermanya muncrat dengan derasnya dan berceceran di
sekujur dada dan perutku, hangat dan kental dengan baunya yang khas.
Tubuh kami tergolek lemas bersebelahan. Aku
memejamkan mata dan mengatur nafas sambil merenungkan dalam-dalam kegilaan yang
baru saja kami lakukan, sebuah hubungan terlarang antara seorang gadis dari
keluarga kaya dan terpelajar yang cantik dan terawat dengan sopirnya sendiri
yang kasar dan berbeda kelas sosial. Hari-hari berikutnya aku jadi semakin
kecanduan seks, terutama seks liar seperti ini, dimana tubuhku dipakai
orang-orang kasar seperti Tohir, dari situlah aku merasakan sensasinya.
Sebenarnya aku pernah ingin berhenti tetapi aku tidak bisa meredam libidoku
yang tinggi, jadi ya kujalani saja apa adanya. Untuk mengimbanginya aku rutin
merawat diriku sendiri dengan fitness, olahraga, mandi susu, sauna, juga
mengecek jadwal suburku secara teratur. Dua bulan ke depan Tohir terus
memperlakukanku seperti budak seksnya sampai akhirnya dia mengundurkan diri
untuk menemani istrinya yang menjadi TKW di Timur Tengah. Lega juga aku bisa
lepas dari cengkeramannya, tapi terkadang aku merasa rindu akan keperkasaannya,
dan hal ini lah yang mendorongku untuk mencoba berbagai jenis penis hingga
kini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.