Rok Niken terangkat sedikit di atas lutut ketika dia
menyilangkan kakinya yang panjang semampai membentuk betis yang indah. Bu
Niken, guru Bahasa Indonesia itu sibuk menerangkan pelajaran di depan kelas namun
pikiran Alfi tak sedikitpun menyimak pelajaran. Matanya mengikuti kemanapun
tubuh semampai itu bergerak. Alfi tidak punya otak yang pandai, modalnya
hanyalah sperma yang terus berproduksi. Namun Alfi tidak juga dapat disalahkan,
Niken memang luar biasa menarik, apa-apa yang dimilikinya sanggup membuat
lelaki manapun bertekuk lutut. Ia memang primadona di sekolah itu. Tidak hanya
murid laki-laki tapi para guru pun tak dapat melepas pandangannya saat melihat
wanita itu. Niken berkulit putih, berwajah cantik dengan rambut hitam terurai
sedada dan berumur 25 tahun. Seorang sarjana sasra lulusan dari perguruan
tinggi terkemuka. Lajang yang dua bulan lagi dipersunting seorang pengusaha
muda kaya. Satu jam pelajaran terasa singkat bagi Alfi.
“Uuuu… sudah bel” gerutunya
Beruntung bagi Alfi ia duduk di persis depan meja
guru. Posisinya paling dekat. Matanya sesekali menatap tonjolan indah pada dada
Niken. Meski menghayalkan tubuh indah sang ibu guru namun ia harus tetap
berhati-hati mencuri pandang agar Niken tak curiga. Tapi penisnya terasa nyeri
akibat mendesak celana seragam sempitnya. Itu memang celana pendek yang sesuai
bagi anak seusia Alfi tapi tidak untuk anak itu. Benda itu tumbuh sedemikian
besar setelah bertahun-tahun di pakai ngentot. Alfi juga ingat bagaimana
telatennya Sriti dulu mengocok penisnya mempergunakan ramuan campuran air teh
basi dan beberapa jamu-jamuan.
“Untuk apa campuran ini kak?” tanya anak itu
bingung, ia sungguh tak menyukai aroma yang hinggap di hidungnya.
“Biar punya kamu tambah gede dan kamu bakal
menaklukan banyak wanita kelak Fii” ujar Sriti saat itu.
Setiap pagi barangnya digodok dengan ramuan itu,
Bertahun-tahun kemudian baru terlihat manfaatnya. Penisnya tidak hanya
bertambah besar dan panjang, namun efek ramuan itu juga membuat otot-otot tetap
kaku setelah berejakulasi.
“Uh sakit” keluhnya
“Uh sakit” keluhnya
Anak itu kesal, napsunya yang memuncak tak dapat ia
salurkan sementara Sandra sedang ke kota G bersama suaminya Didiet. Nadine
sudah dua hari ini terserang flu demam dan Dian sedang halangan. Masih
terngiang ucapan Nadine pagi tadi sebelum ia berangkat ke sekolah
“maaf ya Fi, kakak belum bisa ngasih kamu pagi ini,
tubuh kakak masih lemas.” ujar Nadine berusaha memberi pengertian.
“kalau kamu mau biar kakak oral, mau?” ujar Dian
nampak iba
“Ngga usah kak, biar Alfi tahan”
Kedua wanita itu tersenyum geli melihat Alfi pergi
ke sekolah dengan muka cemberut.
Alfi memang memiliki libido tidak normal dan nyaris
tak terkendalikan, spermanya terlalu cepat berproduksi hingga testisnya bagai
tak dapat menampungnya. Sandra dan kedua sahabatnya nyaris kewalahan meski Alfi
mengiliri mereka bertiga setiap malamnya. Ketika pelajaran usai, Alfi seperti
enggan untuk cepat pulang ke rumah. Ia tahu ke dua bidadarinya belum bisa ia
jamah. Ia duduk satu persatu para siswa pergi meninggalkan sekolah semakin lama
semakin sepi hingga akhirnya tinggal ia sendiri duduk sambil merenungi
perjalanan hidupnya yang beruntung. Tiba-tiba matanya tertumbuk pada sosok
makhluk cantik yang selama ini di pujanya. Niken baru keluar dari kantor,
sepertinya ia baru selesai mengkoreksi ulangan kelas Alfi tadi dan akan pulang.
Saat melangkah pada sebuah anak tangga, wanita itu tiba-tiba terhuyung jatuh.
Alfi secara reflek memburu ke sana untuk membantu. Niken terpleset dan
pergelangan kakinya terkilir hingga ia tak mampu berdiri
“Aduhh..duhh..” erangnya saat sakit menjalar pada
bagian yang terkilir tadi.
“Bu mari Alfi bantu” ujar anak itu iba melihat
gurunya yang cantik itu merintih kesakitan.
Beruntung ia belum jauh dari kantor. Alfi membantu
wanita itu bangkit dan menuntunnya perlahan duduk di bangku.
“ibu tunggu disini Alfi cari air hangat buat
kompres”
Belum sempat Niken mencegahnya Anak itu sudah lenyap
ke balik pintu. Dua menit kemudia ia kembali dengan sebaskom air hangat dan
balsam. Alfi lalu meletakan baskom berisi air hangat di lantai.
“bu masukan kaki ibu ke air nanti Alfi urut yang
terkilir tadi”
Sebenarnya Niken agak jengah diperlakukan seperti
itu. Namun ia menghargai usaha Alfi yang sudah bersusah payah mengobatinya.
Lagian kakinya memang terasa sakit sekali.
“pelan-pelan ya Fi…” ujarnya lirih
Alfi mengurut lembut pergelangan kaki Niken.
Tangannya gemetar saat bersentuhan dengan kulit halus wanita itu. Sekilas ia
melirik lutut hingga ke ujung jari yang dekat sekali dengan wajahnya. Semuanya
terlihat begitu indah bahkan tercium bau harum berasal dari tubuh wanita itu.
“untung tidak parah, sepertinya ibu cuma terkilir
tidak sampai retak atau patah”
Pijatan Alfi membuatnya agak nyaman dan perlahan
rasa sakitnya mulai reda.
“Gimana ulangan yang ibu kasih tadi, kamu bisakan?”
tanya wanita itu memecah kekakuan
Anak itu hanya menggeleng
“Soalnya susah banget bu. Alfi tadi cuma bisa jawab
sedikit-sedikit”
“Loh.. kamu ngga belajar semalam ya?”
“Belajar kok bu, tapi kata temen-temen yang lain
soal ulangan tadi memang susah sekali”
“Uh Cape ibu ngajarin kalian, kalau begini terus ibu
mau berhenti ngajar saja!”
“kalau gitu Ibu jadi foto model atau bintang film
saja, ibu kan cantik”
“Idihh.. kamu kok ngomong ngelantur, kamu tahu
bicaramu terdengaran ngegombal”
“Tapi Alfi bicara apa adanya, ibu memang cantik.”
“masa?”
“semua orang di sekolah juga tahu ibu cantik”
“begitu ya?”
“Betul bu, bahkan banyak pak guru yang suka sama
ibu”
“Aduh.. kamu ternyata juga pintar bikin gossip. Awas
loh nanti pada heboh dan ibu disalahkan!”
“abisnya ibu Niken cantik banget!”
“udah ah kamu tambah ngelantur…emmm sepertinya sakit
kaki ibu sudah banyak berkurang Fii” ujar Niken sambil mengerak-gerakan
pergelangan kakinya.
Niken bangkit dan mencoba untuk berjalan dan tak ia
rasakan sakit itu lagi
“makasih ya Fii, pijatanmu manjur sekali”
Alfi tersenyum malu. Pujian Niken merupakan sesuatu
yang luar biasa baginya
“he..he ,Iya bu Alfi juga senang sudah nolongin ibu”
“eng… Buu!”
“Ya, ada apa Fi?”
“Engg…Besok boleh kan Alfi ngebantu ngebawain
buku-buku ibu?”
Niken tersenyum geli, secara naluriah ia tahu anak
ini tertarik padanya seperti yang lain. Namun ia pikir itu adalah hal yang
wajar dikerenakan pada anak usia Alfi sudah mulai tertarik dengan lawan
jenisnya.
“Begitu ya… hi hi ..baiklah, sekarang ibu pulang
dulu, sampai ketemu besok Alfi” Niken melambaikan tangan sambil tersenyum.
“Uhhh manisssnya”, angan Alfi melambung jauh
Alfi gembira karena hari ini ia berhasil lebih dekat
dengan Niken. Pulang dari sekolah, setelah selesai mandi dan hendak berpakaian,
ia menoleh ke arah tempat tidur di mana nampak Dian dan Nadine menunggu sambil
tersenyum manis padanya. Keduanya dalam keadaan polos tanpa sehelai benang yang
melekat pada tubuh.
“Fi..Kakak sudah selesai ‘itu’ nya dan kak Nadine
juga udah baikan sore ini ” ujar Dian
“Kamu ingin siapa dulu yang menjadi istri kamu malam
ini, kak Dian apa kak Nadine?”
“Dua-duanya aja… kali ini Alfi mau ngentot bertiga
sama kakak berdua”
“Kok pulangnya telat, kemana aja Fii? Kamu ngga
keluyuran kan?” tanya Nadine
“Alfi ikut eskul di sekolah sampai sore” jawab anak
itu sekenanya
Alfi menyusul naik ke ranjang. Dian menjadi sasaran
pertamanya. Vagina wanita itu masih dalam keadaan kering langsung di jebolnya.
Sehingga ia terpekik
“Aduhhh Fiii!! pelan-pelan dong sayanggg..ughhh”
Lima belas kocokan cepat Alfi menghantarkan keduanya
ke puncak kenikmatan. Stok sperma selama dua hari segera ia setorkan ke rahim
Dian seakan ingin ia buang tanpa sisa.
“oww.. Kakakkkkk!!! Enakkkkkk!” jeritnya
“Sisain buat kakak dong Fii” ujar Nadine ketika
dilihatnya pinggul Alfi berkali-kali mengenjang
Sesudah berejakulasi sekali Alfi baru bisa
mengontrol dirinya. Dian baru dicumbuinya mesra. Alfi menggarap tubuh cantik
Dian setengah jam lalu Nadine mendapat giliran disetubuhi kuda jantan kecil
itu. Begitu secara bergiliran mereka mereguk nikmat hingga tiba waktu makan
malam. Lalu setelah itu mereka lanjutkan lagi hingga larut malam.
*******************
Sejak kejadian tempo hari hubungan Alfi dan Niken
semakin akrab. Anak itu pandai mengambil hati gurunya yang cantik itu. Tak
hanya membawakan buku-buku saja, terkadang Alfi rela terlambat pulang menemani
Niken menyelesaikan urusannya di sekolah. Namun sejauh ini Alfi selalu berlaku
sopan. ia tak terpikir untuk berani berbuat macam-macam terhadap Niken. Niken
begitu anggun bak putri dalam cerita novel yang harus diperjuangkan untuk
mendapatkannya. Menjelang pernikahannya yang tak lama lagi. Masih hal
yang mengganggu pikiran Niken selama ini. Soal Perjodohannya dengan Doni telah diatur
oleh kedua keluarga mereka sejak mereka kecil. Doni adalah seorang pemuda
tampan, terpelajar dan memiliki masa depan yang baik. Para sahabatnya
mengatakan kalau Niken beruntung mendapat suami yang sepadan seperti Doni.
Niken menerima perjodohan itu. Namun kenyataan itu tak seindah apa yang tampak.
Doni ternyata adalah seorang playboy. Tak hanya
sering ‘jajan’ ia juga menjalin hubungan khusus dengan beberapa wanita cantik
karyawan di perusahaannya, bahkan setelah mereka resmi tunangan sekalipun Donie
tak kunjung merubah kebiasaan buruknya. Niken bukannya tidak tahu akan hal itu.
Ia bahkan pernah tidak sengaja memergoki Doni sedang berjalan berdua dengan
seorang wanita. Kasihan Niken, kondisi ibunya yang mengindap penyakit jantung
membuatnya ia tak mempunyai pilihan lain kecuali meneruskan perjodohan itu. Ia
tak ingin mengecewakan harapan keluarganya terutama sang ibunda. Wanita itu
hanya pasrah menerima nasibnya Selama berpacaran, memang Ia dan Doni tidak
pernah sekalipun melakukan kemesraan secara fisik. Niken selalu menjaga diri
dan menolak jika Doni mulai terlihat ingin menjamahnya, ia hanya akan
memberikan segalanya pada Doni setelah mereka resmi menikah kelak. Selama ini
ia hanya berusaha menyibukan diri pada pekejaan mengajar di sekolah Alfi. Adanya
Alfi paling tidak dapat menghibur hatinya. Tawa dan canda anak mampu membuatnya
tertawa serta melupakan masalah tersebut sejenak. Suatu hari setelah bel pulang
berbunyi, seperti biasa Alfi pergi ke kantor untuk menengok siapa tahu Niken
masih di sana. Dan ternyata harapannya benar. Wanita itu terlihat sibuk di
mejanya.
“belum pulang bu?”
“Oh Alfi, belum . mungkin setengah jam lagi. masih
ada ulangan temanmu yang harus ibu koreksi”
“Alfi temani ya bu?”
“Apa orang tuamu ngga marah karena kamu sering
pulang terlambat karena terus menerus nemani ibu?”
“Ahh..ngga kok bu, yang penting Alfi kan ngga
keluyuran ke mana-mana”
Niken tersenyum, ada perasaan nyaman setiap kali
anak itu menemaninya.
“Sebentar lagi ibu selesai, kita makan sama-sama ya”
Niken selalu mempersiapkan bekal dari rumah apabila ia terpaksa harus lembur
seperti siang ini. Seperti hari sebelumnya ia selalu berbagi makanan siangnya
dengan Alfi, ia kuatir anak itu malah masuk angin karena menemaninya.
“Alfi cuci tangan dulu ya bu, ni Alfi titip Hp ke
ibu”
Alfi pergi ke arah kamar mandi
“ZZZZZ!!!!” belum lama Alfi pergi, HP tersebut
bergetar lembut.
“Uhh..sebuah sms masuk” mungkin dari orang tua Alfi
yang menghubungi pikir Niken.
Niken melirik benda di atas mejanya dan … Sejenak ia
terpaku menatap baris-baris kalimat pada layar kecil tersebut. Berulang-ulang
ia membacanya seakan tak percaya
Sebuah pesan muncul
“jam 15:00, Fii temui kakak di Mal hbs tu kita, ke
tpt pertama kali kamu perawani kakak. Love Sandra”
Siapakah si Sandra ini? Tidak mungkin ini sms
nyasar, wanita itu menyebut nama Alfi pada pesannya tadi. Niken cepat-cepat
mengalihkan pandangannya saat didengarnya suara sepatu Alfi mendekat ke arah
kantor. Ia berpura-pura sibuk dengan tugasnya meski pikirannya begitu
penasaran.
Saat makan diam-diam Niken melirik wajah muridnya
itu. Dipandanginya wajah ABG itu, seperti tak ada perbedaan antara anak ini
dengan temannya yang lain, masih begitu polos. Apa mungkin anak bau kencur
seperti itu telah berbuat yang tidak-tidak? Anak ini masih kelas satu smp paling-paling
juga usianya baru 12 tahunan . Entahlah semuanya masih tidak jelas.
“Haruskah aku tanyakan langsung ke Alfi? Sebaiknya
jangan sebab aku yakin ia tak akan mau menjelaskannya. Sebaiknya aku ikuti saja
kemana ia pergi nanti.” itu yang tersirat di pikiran Niken.
Selesai makan Alfi baru menyadari ada pesan pada
HP-nya. Niken melihat perubahan pada wajah Alfi yang nampak sumeringah. Alfi
sama sekali tak menduga jika Niken sudah mengetahui pesan rahasia tersebut.
“Bu Alfi ikut ibu ya kalau ibu ngga keberatan, nanti
Alfi turun di perempatan Mal GG”
“Loh.. ngga langsung pulang? Kamu hendak kemana?”
Niken pura-pura
“Alfi mau nemui ibu asuh Alfi, kak Sandra. Ia baru
pulang dari kota G. nanti kami ketemuan di Mal”
“A..a..pa.. ja..diii” Niken terkejut bukan main,
hampir saja kelepasan begitu terkejutnya mendengar kenyataan bahwa wanita yang
bernama Sandra tersebut ternyata adalah ibu asuhnya anak itu.
“Kenapa bu? Ngga pa pa kalau ibu buru-buru, nanti
Alfi bisa pergi sendiri naik angkot”
Alfi mengira Niken tak bisa mengantarkannya ke mal.
Niken segera menguasai diri, ia tak mau rencananya gagal. Untung Alfi tak
curiga akan ketololannya tadi.
“eh..uh..bukaann begituu Fii, eng nanti ibu antar
kamu ke sana, sekarang kita beresin dulu bekas kita makan barusan ya”
Tak berapa lama mereka meluncur ke arah mal GG.
Niken sengaja mengantar Alfi hingga di pintu depan Mal.
“ma kasih ya bu” ujar anak itu sebelum menutup pintu
mobil.
“sampai ketemu besok di sekolah Fii”
Niken memarkir mobilnya tak jauh dari tempat
tersebut. Dengan sabar Ia menunggu … dan menunggu. Hingga akhirnya setelah satu
jam ia melihat Alfi keluar bersama seorang wanita dewasa seusia
dengannya.
“Hm.. cantik sekalii, wanita itukah yang bernama
Sandra?” gumam Niken
Mereka masuk kesebuah taxi lalu meninggalkan mal.
Niken tak membuang waktu. Ia ikuti taxi tersebut . Wanita itu
sengaja menjaga jarak mobilnya dengan taxi yang membawa Alfi. Arus kendaraan
yang agak macet cukup membantu Niken untuk tidak kehilangan jejak. Perjalanan
itu membawa mereka ke luar dari kota. Setelah lebih dari satu jam, Niken
melihat Taxi itu berhenti di sebuah resort pantai. Nampak Alfi dan wanita yang
diduga Niken adalah Sandra tersebut turun dari taxi lalu mereka berjalan kaki
menelusuri pantai tersebut. Niken tak ingin Alfi mengenali mobilnya. Keadaan
hari yang mulai gelap memudahkannya untuk tak dikenali. Niken melihat jam,
ternyata sudah pukul 18:00. Suasana pantai yang sepi, hanya terdengar suara
deburan ombak dan binatang malam yang mulai keluar. Pandangannya menangkap
bayangan beberapa pasangan yang sedang asik berpelukan memadu kasih di antara
pepohonan nyiur di sepanjang pantai itu. Ia sempat ragu untuk meneruskan
pengintaian ini, namun ia ingin semuanya menjadi jelas apa yang terjadi pada
anak itu. Maka ia terus mengikuti keduanya dari jauh. Mereka memasuki wilayah
lain dari pantai itu. Ada banyak bagunan tersebar . Bangunan mirip rumah kecil
berornamen khas dan sebagian besar terbuat dari bahan kayu. antara satu
bangunan dengan yang lainnya berjarak berjauhan. Niken tahu itu yang disebut
Cottage. Setelah berjalan cukup jauh dari tempat mobilnya akhirnya Niken
melihat keduanya memasuki salah satu Cottage yang agak jauh terpencil agak
tepisah dengan cottage lainnya. Malam itu bulan tak muncul. Menunggu hingga
keadaan semakin gelap lalu perlahan ia mendekat. Seberkas sinar nampak muncul
dari sebuah ruangan. Cahayanya membias pada jendela kaca bertirai indah. Ada
celah di antara kain tirai yang tersingkap memungkinkan ia untuk melihat ke dalam.
Wanita itu nyaris terpekik menyaksikan apa yang terjadi di dalam sana. Alfi
dalam keadaan telanjang bulat sedang menindih wanita cantik yang bersamanya
tadi. Tubuh Sandra masih memakai lingerie hitam dan keduanya sedang menyatu
dalam gairah.
Anakkk itu… ia bersetubuhh dengan ibu asuhnya… Meski
ia dari awal sudah menduga-duga tetap saja ia sulit mempercayai penglihatannya.
Mendadak kedua lutut wanita itu menjadi lemas.
Jantungnya berdetak keras sementara napasnya ikut memburu. Ia teringat isi sms
di handphone Alfi, ia sungguh tak habis berpikir bagaimana wanita cantik
seperti Sandra mau disetubuhi bahkan diperawani anak ingusan yang mempunyai
bentuk fisik dan tampang jauh dari harapan para wanita itu. Adegan itu
berlangsung cukup lama, semuanya kini sudah jelas bagi Niken. Entah mengapa ia
belum mau pergi meninggalkan tempat itu malah terus terpaku di situ. Dari
posisinya mengintip nampak jelas Kemaluan Alfi yang besar dan hitam sedang
keluar masuk secara cepat di dalam vagina Sandra. Nikenpun terkejut setelah ia
melihat ukuran kemaluan Alfi saat benda itu sempat tercabut keluar dari jepitan
vagina Sandra.
Arkk… Gila…..besarnya…jika tak melihat sendiri
rasanya sulit mempercayai anak seusia itu memiliki kemaluan seukuran itu. Benda
itu terlihat seperti seekor ulat besar. Begitu besarnya sampai-sampai vagina
Sandra terlihat menganga lebar. Vagina Sandra bagai ikut tertarik keluar saat
anak itu menarik penisnya demikian pula sebaliknya bibir vaginanya ikut
terdorong masuk saat penis Alfi mendesak masuk.
“Apakah ukuran kejantanan Alfi yang membuat Sandra
tergila-gila?” pikir Niken
Beberapa saat kemudian sayup-sayup ia mendengar
pekikan kedua insan berlainan jenis yang sedang diamuk nafsu birahi itu.
“Kak sandraa….Alfi keluarrrrr!!!”
“Fiii kakakkk juga ouhhhh”
Entah jijik atau bukan ia tak tahu namun di
dapatinya celana dalamnya basah oleh cairan yang keluar deras dari
kewanitaannya. Ada perasaan kecewa yang menghimpitnya. Ia bener-benar shock,
Alfi murid yang dikenalnya selama ini ternyata tak berbeda dengan pria
kebanyakan yang memandang wanita hanyalah sebagai ojek seks belaka. Bahkan ibu
asuhnya sendiri ia zinahi. Niken langsung teringat akan perbuatan Doni yang
selama ini selalu ‘bermain’ di belakangnya. Ketika segalanya berhenti dan
keadaan kembali hening
Ia lalu berusaha bangkit dan segera meninggalkan
tempat itu.
***************************
Hari-hari berikutnya telah terjadi perubahan sikap
pada Niken. Niken selalu menghindari pertemuan dengan Alfi, Wanita itu selalu
pulang lebih awal tak pernah lagi bisa ia temui setelah usai jam sekolah.
Awalnya Alfi mengganggap Niken hanya sedang sibuk dengan tugasnya namun setelah
berjalan lebih satu minggu Alfi menduga memang sedah ada yang berubah. Yang
membuat hati Alfi menjadi sedih, gurunya itu bahkan tak pernah lagi ia
melemparkan senyumnya pada Alfi. Untuk menanyakan langsung ia tak mempunyai
cukup keberanian, terkadang ia menghayal saat-saat kebersamaan mereka.
Suatu hari ia sengaja keluar saat jam pelajaran berlangsung. Dicarinya guru
cantiknya itu. Beruntung baginya Niken sedang berada di ruang guru sendirian.
Matanya celingukan melihat situasi yang memang sepi tak ada orang lain di
ruangan itu. Lalu meski agak takut-takut Ia putuskan juga untuk menemuinya.
“Bu..”
Niken mengangkat wajahnya saat melihat Alfi ia kembali
pada kertas dan penanya
“Ya ada apa?” Alfi tak pernah mendengar Niken
berbicara setegas ini, ada perasaan takut menjalari hatinya.
“Apa salah Alfi bu, kenapa ibu tidak mau Alfi temani
lagi”
Niken diam tak menjawab. Alfi lemas sepertinya ia
menduga apa yang menjadi penyebab perubahan sikap Niken.
“ibu …sudah tahu hubungan Alfi sama Kak Sandra?”
“Aku melihat apa yang kalian lakukan di tempat itu!
Aku sungguh tak menyangka kalau dirimu mampu melakukan hal yang tabu tersebut!”
“Tapi kenapa bu? Kak Sandra dan Alfi melakukan itu
karena saling suka”
“Tapi kamu belum cukup umur!” suara Niken meninggi
“dan jika sampai ketahuan suami Sandra pastilah rumah tangganya akan hancur dan
apa kamu pernah berpikir bagaimana perasaan suaminya!”
“Baiklah mumpung ngga ada orang biar Alfi ceritain
semuanya agar ibu ngga bingung”
Alfi memutuskan untuk menceritakan segalanya, tak
ada yang ia tutupi. Ia percaya dan yakin Niken bukanlah type wanita yang mau
membeberkan aib orang lain. Niken tercengang mendengar penuturannya. Ia tak
menduga ABGl di hadapannya ini sudah banyak mengalami peristiwa dasyat dalam
hidupnya. Ada keibaan timbul dalam hatinya. Sungguh Alfi tak juga dapat
disalahkan dalam hal ini.
“Ibu sudah tahu semua tentang Alfi kan” ujar Alfi
setelah selasai bertutur.
Niken masih bingung harus berkata apa, rasanya sulit
dicerna akal sehat bagaimana mungkin seorang suami membiarkan calon istrinya
yang cantik diperawani anak seusia Alfi. Bahkan tidak hanya Sandra masih ada
dua orang wanita yang sampai sekarang bergaul intim dengan Alfi
“Ada lagi yang perlu ibu ketahui”
“Apa itu Fi?”
“Sebenarnya Alfi… cinta pada bu Niken dan Alfi
ingin…intimi ibu ”
“Ohh!! A..paa!!” Niken tersentak atas pengakuan
jujur anak itu, ia tak menyangka kalau selama ini Alfi kecil memendam hasrat untuk
melakukan hal-hal yang tabu pada dirinya.
“Plaakkk!!!!” sebuah tamparan keras mendarat di
wajah Alfi. Niken baru tersadar saat dilihatnya hidung Alfi mengeluarkan darah
segar.
“Ohh..Ma..afkan ibu Fii, Ibu tidak bermaksud..”
Alfi menepiskan tangan Niken yang hendak
menggapainya. Wanita itu menjadi serba salah.
“Baiklah jika ibu tak sudi lagi melihat Alfi”
Alfi berlari pergi meninggalkan Niken
“Fii tunggu! biar ibu obati dulu hidungmu…”
Alfi terus berlari tanpa menoleh lagi ke belakang.
Hatinya hancur karena gagal mendapatkan hati wanita pujaannya itu.
**************************
Sudah tiga hari Alfi tak ke sekolah. Guru wali kelas
Alfi memberitahu hal itu pada Niken
“Tak ada berita, mungkin bu Niken tahu keadaan Alfi
sebab saya lihat dia akrab dengan bu Niken”
“Emm Saya juga tidak tahu. mungkin ia sedang sakit
bu”
“Ya.. baiklah kalau begitu”
Setelah seminggu Alfi tak juga kunjung masuk.
Niken jadi betul-betul prihatin dan merasa bersalah. Ia menduga pasti penyebab
keabsenan Alfi adalah akibat perlakuan kasarnya saat itu. Sungguh ia pun sudah
keterlaluan. Jika dipikir-pikir memang tak ada seorangpun yang dirugikan
oleh perbuatan Alfi. Wanita itu merasakan ada yang sesuatu hilang. Tiada
lagi tawa canda Alfi yang selalu menemaninya saat ia memerlukan teman berbagi.
Akhirnya Niken mencoba mendatangi rumah Sandra. Ternyata wanita itu sudah
berangkat lagi ke kota G. Saat itu hanya bik Nah yang ada.
“Alfi belum pulang non udah seminggu yang lalu dia
pamit sama non Dian dan Nadine, katanya ada kemping dadakan dari sekolah” ujar
bik Nah menjelaskan.
“kemping bik?”
“iya non emangnya ada apa non?”
“Oh ngga ada apa apa bik. Oh ya apa dia pernah
telpon-telpon kemari”
“Wah selama bibik disini dia ndak pernah telpon
selebihnya ndak tahu ya non soalnya bibik cuma kerja dari jam 9 sampai 12
menunggu sampai non Dian dan non Nadine pada pulang”
Niken tercenung, rasanya ia tak harus memberitahu
kedua wanita Alfi tersebut. Ia akan berusaha mencarinya dulu.
“Yah sudah bik saya permisi dulu”
Tak tahu harus kemana Niken kembali ke sekolah.
Namun ia belum menginformasikan keadaan Alfi ke pihak sekolah. Ia masih ingin
berusaha mencari tahu keberadaan anak itu.
Seusai bel sekolah. Ia mulai melaksanakan
rencananya. Niken adalah wanita yang cerdas,
Ia tahu dimana bisa menemukan Alfi, dipacunya
mobilnya menuju ke sebuah tempat yang ia yakini bisa menemukan anak itu.
Hari menjelang sore ketika ia sampai di Cottage
xxxxx, tempat yang menyimpan sejarah indah bagi si Alfi. Ternyata benar
dugaannya. Si resepsionis menjelaskan bahwa memang ada seorang anak sedang
menginap sendirian. Kebetulan tempat itu masih disewa selama satu tahun oleh
orang tua anak itu. Niken mengaku sebagai tante Alfi agar orang itu mau
memberinya kunci serep. Setelah memperoleh apa yang dibutuhkannya, Niken
bergegas menuju tempat itu. Niken berhasil masuk, namun lampu cottage semua
dalam keadaan mati, dengan hati-hati ia melangkah kuatir tersandung sesuatu
dalam kegelapan kamar itu
“Fii …apakah kamu di sana?..” Niken mencoba menyapa
anak itu.
Ia berusaha mencari stop kontak lampu namun
terdengar suara anak itu
“bu jangan hidupkan lampunya, Alfi mohon..”.
Niken mengurungkan niatnya dan bukan main gembiranya
Niken mendengar suara Alfi karena usahanya tidaklah sia-sia. Tadinya ia takut
sekali anak itu sudah berbuat nekat
“Fii! Di mana kamu?”
Setelah beberapa detik matanya mulai terbiasa
melihat dalam gelap. Barulah ia dapat menangkap bayangan anak itu. Alfi nampak
sedang duduk di pinggir tempat tidur di dalam kamar besar. Tubuhnya tertutup
oleh selimut tebal, seperti orang kedinginan. Dan memang kondisi kamar itu
sangatlah dingin mungkin karena AC-nya dihidupkan selama berhari-hari. Niken
mendekat, lalu ia duduk di kasur namun agak berjauhan dari Alfi
“Fii .. sukurlah ibu bisa menemukan kamu, ibu
seharian mencari kamu..kenapa kamu tidak pulang-pulang dan tidak ke sekolah?”
“Kenapa ibu mencari Alfi?”
Niken merasa serba salah,
“ibu mau minta maaf atas kejadian tempo hari Fi, ibu
khilap” ujar wanita itu lirih,
namun Alfi diam tak berkomentar.
“I..bu ingin mengajak kamu pulang, ibu ingin kamu
kembali menjalani hari-hari kamu seperti sebelumnya”
“aiii…..” terdengar Alfi menghelah napas “Alfi ngga
mau bu..”
“Loh kenapa apa mau membuat orang tuamu kuatir atau
kamu masih marah sama ibu?”
“Alfi ngga pernah marah sama ibu malah Alfi kesal
sama keadaan Alfi sendiri, seharusnya Alfi ngga ikut tinggal dengan kak Sandra
menjalani hidup normal ditengah-tengah masyarakat, biarlah Alfi besar di tempat
Alfi dulu dimana orang-orang tidak pernah mempermasalahkan hal tabu dan tidak
tabu, Alfi malu terutama sama ibu…”
“Tidak Fii kamu jangan kembali ke tempat itu lagi,
kamu juga ngga usah malu ibu sadar kamu tidak salah, ibu juga minta maaf sebab
ibu telah lancang mencampuri kehidupan pribadimu”
“Pulang sama ibu ya Fi”
Niken berusaha mencairkan kekerasan hati anak itu,
namun Alfi bersikukuh tidak mau diajak pulang. Tiba-tiba terdengar langkah
menuju ke arah pintu kamar diiringi suara tawa cekikikan. Dua orang wanita
cantik berbusana minim tahu-tahu menerobos masuk. Seorang berambut berwarna
merah sedangkan temannya hijau. Niken dibuat terperanjat oleh kedatangan dua
tamu tak diundang tersebut.
“Hi jantan, gimana pestanya malam ini jadi
ngga? Hi..hi..hi” salah seorang menyapa Alfi dengan gaya nakal tanpa
menghiraukan Niken di situ.
“s..siapaa kalian masuk tanpa permisi?!” Niken
terkejut melihat penampilan mereka yang tidak senonoh.
“Wow. wow… rupanya sudah ada yang lebih dulu memacu
kuda tunggangan kita” ujar si rambut hijau
“ngga papa kan kita kan bisa main berempat” ujar
temannya menimpali.
Niken sudah dapat menduga-duga siapa adanya kedua
perempuan itu. Sehingga timbul kemarahannya
“Pergi kalian atau aku panggil satpam buat ngusir
kalian!!!” bentaknya
“Loh loh di ajak enak kok malah marah-marah, ….ya
udah kalau ngga mau”
“Yuk kita pergi cari kuda jantan lain saja”
“ya cari yang ngga bawa pengasuh” Ujar si rambut
merah bernada mengejek sambil ngelonyor pergi diikuti oleh temannya.
“Awas kalian!!” kata Niken geram bukan main
Setelah kedua perempuan itu berlalu Ia bergegas
mengunci pintu depan agar kejadian barusan tidak terulang lagi. Niken menatap
Alfi kesal kedua tangan wanita itu berkacak di pinggang. Niken adalah wanita
berperangai halus sungguh mengherankan jika emosinya begitu gampang meledak.
Ada perasaan yang aneh muncul dengan sendirinya, Ia tidak suka melihat kedua
perempuan tadi menyapa Alfi, mungkinkah ia dibakar api cemburu… tidak
mungkin…mungkin ia hanya prihatin terhadap perjalanan nasib anak itu, begitu
banyak pertanyaan yang timbul dalam benaknya namun Niken masih tak menemukan
jawaban. Tanpa Niken sadari rasa simpatinya terhadap Alfi selama ini berubah
menjadi kasih sayang. Secara visual Alfi tidak memiliki daya tarik fisik bagi
kaum perempuan, wajah tidak bisa dikatakan tampan, tubuh kurus kering, kulit
hitam, pakaian selalu lusuh namun di balik itu bola mata yang yang bening masih
begitu polos penuh kejujuran. Ia mau mengakui semua perbuatannya. Sedangkan
Alfi meski ia masih di bawah umur ia begitu menunjukan perhatian serta
kejujuran nya pada Niken. Bahkan terkadang ia seolah ingin melindunginya.
Caranya yang polos saat ia menunjukan kasih sayangnya pada Niken. Hal-hal
seperti itu tak Niken temukan pada sosok Donie tunangannya. Kembali pada
keadaan di kamar cottage, wajah Niken cemberut menunggu jawaban penjelasan
Alfi.
“Alfi ngga pernah mengundang mereka bu, mungkin tamu
lain yang salah masuk kamar soalnya Alfi lihat keduanya lagi teler” ujar anak
itu.
“Betul kamu ngga pernah boking cewek selama kamu di
sini?”
Alfi mengangguk
“Alfi sudah janji sama kak Sandra, kak Dian dan kak
Nadin, Alfi ngga bakalan ‘jajan’, Alfi ngga mau tertular penyakit” ujarnya
polos
Niken lega ia yakin Alfi tidak berbohong padanya.
“Ya sudah Fii, baiknya kita pulang sekarang..”
ujar Niken.
Ia harus bergegas membawa Alfi pulang agar tak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Mengingat mereka hanya berdua dan berada
jauh dari orang lain. Siapa tahu ada orang jahat mengincar mereka.
“ibu ngga usah takut . Di sini aman kok yang tadi
itu cuma kebetulan dan mereka bukan orang jahat”
“Tapi kita ngapain lama-lama di sini Fi? Ayo dong
ikut ibu”
“satu minggu Alfi menunggu dan berharap ibu akan
datang menemui Alfi, ternyata harapan itu sudah menjadi kenyataan, kini Alfi
tak mau berpisah lagi dari ibu….Alfi sayang…..cinta sama ibu dan Alfi belum mau
pulang sebelum……”
“Sebelum aapa Fii?…”
Sebelum Alfi .. intimi ibu sama seperti Alfi
mengintimi kak Sandra dulu di ranjang ini ”ujarnya sambil menatap mata Niken
dalam-dalam.
Alfi mengungkapkan seluruh isi hatinya. Ia tak
kuatir Niken akan menamparnya lagi seperti tempo hari.
Deg… Anak ini…rupanya masih tak mau menyerah untuk
mendapatkanku pikir Niken. Niken kaget mendengar pengakuan Alfi yang
blak-blakan. Bahkan di saat-saat seperti ini anak itu masih sempat-sempatnya
merayu. Tak cukupkah kehadiran Sandra dan wanita lain bagi anak itu?. bahkan Ia
masih menginginkan dirinya. Ada perasaan aneh menjalarinya ketika teringat
persetubuhan Alfi dan Sandra tempo hari. Dan kembali celana dalamnya membasah.
“Ng..ga bolehh Fi, iibu masih.. suci. Lagian ibu
sudah resmi bertunangan. Ibu sudah berjanji padanya untuk memberikan milik ibu
kepadanya, itupun setelah kami resmi menikah, kamu mau mengerti posisi ibu
kan?” ujar Niken setengah berbisik.
Ia berusaha menghindar meski ada bagian dari dirinya
yang memberontak pada keimanan dan akal sehatnya. Kegelisahannya tentu saja
terbaca oleh insting Alfi.
“Kalau begitu boleh kan Alfi minta yang
lainnya bu?”
“y..yangg lainnn A..paa?”
“Semuanya kecuali ‘satu itu’ boleh kan Bu?”
Belum sempat Niken menjawab, Anak itu menekan tombol
lampu kap di sampingnya sehingga menerangi kamar itu. Dan saat itu Alfi
membuang selimut yang menutupi tubuhnya ke lantai.
“Ohhh!!!” Niken terkejut melihat kondisi Alfi yang
ternyata sudah tak dilekati sehelai benangpun.
Semua lekuk tubuh telanjangnya jelas terlihat
tersorot oleh sinar lampu. Ternyata Alfi sudah bugil sejak pertama ia datang
tadi. Hanya saja ia menutupinya dengan selimut ditambah dengan kondisi kamar
yang begitu gelap membuat Niken tak menyadarinya.
Niken segera memalingkan wajahnyanya, tiba-tiba ia
merasa jengah melihat tubuh Alfi yang telanjang. Meski Alfi masih tergolong ABG
namun apa-apa yang dimilikinya sudah tumbuh sempurna. Sekejap Niken masih
sempat melihat kejantanan anak itu yang besar dan hitam.
Secara fisik ia terlihat tak berbeda dengan anak
lain seusianya, namun tidak demikian pada bagian vitalnya. Benda itu membesar
dua kali lipat ukuran normal. Bertahun-tahun dalam pengaruh lingkungan yang
buruk telah membuat ia terpaksa menjadi lelaki dewasa secara instant. Pada
tubuh kecilnya itu tersimpan energi untuk menaklukan para wanita di atas
ranjang. Tak terhitung berapa pelacur ia tiduri sejak umur 7 tahun hingga saat
ini, bahkan saat ini ia tidur dan tinggal satu atap dengan tiga orang
wanita yang cantik bak bidadari Sandra, Dian dan Nadine. Semua wanita yang
pernah bercinta dengannya berhasil di buatnya tergila-gila akan kejantanannya.
Belum hilang rasa terkejutnya tahu-tahu anak itu sudah begitu dekat di
hadapannya.
“Ibu cantik sekali..” ucap anak itu singkat.
“fii kamuu…ngga bolehhh…” hanya itu yang terucap
Alfi mengamati wajah cantik di hadapannya. Niken
hanya diam saat Alfi menyentuh pipinya dengan jari-jemarinya. Namun ketika
jemari itu bergerak menyentuh telinganya tubuhnya menggigil.
“Ahh Fiii…” Niken mendesah pelan ada perasaan yang
aneh merayapi dirinya.
Kemudian Alfi menyentuh bibirnya. Tiba-tiba anak itu
mencubit sedikit bagian tengah bibirnya. Saat Niken terkejut, Alfi menarik
tubuhnya kedalam pelukan, sesaat kemudian bibirnya telah penuhi dengan ciuman
dari anak itu. Niken berusaha menolak tubuh Alfi namun bibir anak itu melekat
dengan bibirnya seakan sebuah magnet. tak ada celah yang memungkinkan udara
keluar dari mulut keduanya. Lumatan bibir Alfi membawanya pada kenikmatan
berciuman yang sempurna. Percuma saja mati matian ia menahan gairahnya yang
menggelegak. Gairah itu kini menjalari tubuhnya dengan cepat mengatifkan
seluruh syaraf-syaraf kewanitaannya. sementara insting telah mengambil alih
kendali pikiran dan mengalahkan akal sehat dan imannya. Pertahanan Niken
akhirnya runtuh. Wanita memejamkan matanya menikmati itu semua, bibirnya
terbuka perlahan menerima lidah Alfi yang mulai menyusup dan menjelajahi rongga
mulutnya, jiwanya semakin melayang saat lidah miliknya bertemu dengan lidah
Alfi dan saling membelit satu sama lain.
tak ada yang bisa ia lakukan selain merintih
mesra. Entah kenapa ia malah mau meladeni perbuatan Alfi padanya. Awalnya ia
hanya pasif menerima perlakuan Alfi namun lama kelamaan gairahnya naik dan ia
mulai membalas setiap hisapan anak itu.
Saat Niken sudah mulai tergoda untuk melanjutkan
pada kemesraan yang lebih dalam,
selanjutnya Alfi membiarkan wanita itu mengambil
alih kendali ketika gairah wanita itu mulai terpancing naik. Terkadang ia malah
menggoda Niken dengan melakukan gerakan lidah rotasi atau memutar. Tekadang
gerakkan lidahnya ke kiri, ke kanan, ke atas dan bawah. Sehingga Niken
penasaran mengejar lidahnya. Nafas keduanya memburu. Dua menit ciuman panas itu
baru terlepas napas Niken terengah-engah. Namun bibir Alfi menjelajah pada
sasaran lain. Lidahnya menyapu cuping telinga wanita itu. Sesekali ia lakukan
gigitan-gigitan kecil membuat Niken terpekik geli.
“Fii..kamu anak nakal!!” Wajah wanita itu merona
merah. Ia tak menyangka ia meladeni ciuman Alfi barusan
Niken sadar anak itu sudah sedemikian ahli dalam
soal bercumbu. Ia jadi teringat adengan Sandra dan Alfi malam itu lalu juga
kisah perjalanan asmara Alfi. Semuanya membangunkan gairah wanita dewasa itu.
Ini pertama kali baginya melakukan hubungan yang demikian intim dengan lawan
jenisnya. Ciuman Alfi telah kembali ke bibirnya. Pada ciuman kedua ini
Niken langsung membalas pagutan Alfi seakan ia betah berlama-lama seperti itu.
Ia mulailah perlahan menuju bagian tubuh sensitif lainnya. Leher jenjang Niken
dikecupi. Lalu perlahan makin turun hingga pada belahan dada putih wanita itu.
Niken makin melayang, antara sadar dan tidak sadar ia membiarkan Alfi melepas
satu persatu kancing bajunya. Saat itu ia memakai baju terusan, dengan mudah
baju itu meluncur jatuh kelantai saat semua kancingnya terlepas. Kini nampak
payudara Niken yang masih terbungkus indah oleh sebuah bra berenda-renda hitam.
Warna yang kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih. Namun anak itu tak
mau benda itu menghalangi hasratnya, ia tahu segera melepas pengaitnya. Alfi
menggigil saat ke dua daging kembar itu menyembul dari balik pembungkusnya.
Kedua benda itu mengantung indah dan sempurna, kedua puting susunya bersemu
kemerahan. Alfi tak mengira betapa keberuntunganya ia malam ini. Milik Niken
yang selalu diidamkan setiap pria di sekolahnya kini terpampang di hadapannya.
Payudara Niken belum terjamah oleh siapapun kecuali dirinya.
Niken sendiri sudah terperangkap dalam hasrat
birahinya sendiri, ia tak hanya tak kuasa menolak perlakuan Alfi. Malah kini
cenderung memberi peluang anak itu bertindak lebih jauh. Ia menikmati
setiap jamahan Alfi pada tubuhnya. Matanya terpejam hanya rasa malu yang
masih tersisa, selama ini belum pernah ada laki laki yang berani menjamahnya
termasuk Doni tunangannya. Mereka berdua telah berkomitmen untuk tidak
melakukan kemesraan dalam bentuk apapun hingga mereka menikah. Namun saat ini
yang terjadi adalah ia tak berdaya menolak seorang bocah dibawah umur
tengah berusaha mencumbuinya. Perlahan cumbuan Alfi berpindah ke dadanya
yang kenyal, Alfi membuka mulutnya lebar-lebar, lalu perlahan dibenamkannya ke
salah satu puting susu wanita itu lalu menghisapnya kuat. Alfi biasa mengemut
dalam waktu yang lama bagai seorang bayi kehausan. Setelah puas menyusu,
lidahnya menjilat ke seluruh permukaan bukit kembar itu seolah menjilat
ice-cream. Kedua puting susu itu dihajar secara bergantian hingga mengacung
tegak kedua-duanya.
“Oohh… oohhhh… ooohhhhhh Fiiii geliiiiiii” suara
rintihan Niken tak lagi tertahan. Tubuhnya mengelinjang gelinjang karena nikmat
akibat perbuatan nakal bocah itu.
Putingnya yang di’perawani’ Alfi menjadi sangat
sensitif, anak ini benar-benar berpengalaman melakukannya. Alfi baru
mendapatkan sebagian impiannya, ia selalu tak pernah gagal mendapatkan sisanya
apabila sudah di tahap ini. Alfi kembali menetek sejak usia tujuh tahun pada
banyak wanita, ia sudah tahu benar bagaimana menyenangkan seorang wanita
melalui benda itu. Niken tak berbeda dengan ketiga ‘istri semu-nya’. Begitu
menyukai putingnya dikerjai lama-lama. Alfi ingin meninggalkan kesan yang
mendalam bagi wanita itu. Niken tak menyadari tubuhnya kini sudah terbaring
diatas kasur, dadanya terlihat naik turun mengiringi nafasnya yang mulai tak
beraturan. Sejak tadi celana wanita itu sudah terasa sangat basah oleh cairan
bening yang terus menerus mengalir keluar dari kemaluannya. Sambil terus
menyusu tangan Alfi mulai mengelus-elus permukaan perut Niken yang rata.
Jemarinya bermain disekitar pusar wanita itu. lambat laun bergerak
menjelajah semakin ke bawah meraba bagian dalam paha.
perlahan menelusup ke pangkal paha, dan mulai
mengelus gundukan bukit kemaluan Niken yang masih tertutup celana dalam
renda-renda hitam. Lalu jemarinya menemukan gundukan itu sudah basah dengan
sebuah garis membelah tercetak pada permukaan kain itu
Tangan Alfi meremas lembut gundukan itu dan
menggunakan jari tengahnya mengusap belahan tipis tersebut, perlahan ke atas
dan kebawah. Niken menggigil rangsangan yang tiada henti silih berganti. Hingga
akhirnya jemari alfi bergerak ke samping. Jemari Niken berusaha mempertahankan
penutup tubuhnya yang terakhir ketika ia rasakan Alfi perlahan berusaha
menariknya ke bawah.
“Ohhh!! Fiii.. jangannn yang ituuu … …” ujar wanita
itu lirih
Alfi melepaskan cumbuannya pada dada Niken, berangsur
kecupan-kecupannya turun semakin ke bawah. Lalu ia sampai pada tempat yang
paling diinginkannya. Percuma saja ia berusaha merapatkan kedua kakinya. Kepala
Alfi sudah terlebih dulu masuk di antaranya. Alfi berhasil membenamkan wajahnya
pada selangkangannya. Walau masih tertutup oleh celana dalam, lidahnya
menjilati seluruh permukaan kain lembut itu. Gundukan itu semakin basah
oleh air liur Alfi terutama pada belahannya. Jemarinya tak kuasa lagi
mempertahankan celana dalamnya ketika untuk kedua kalinya Alfi menariknya.
benda itu akhirnya menyusul lepas sehingga kini
tubuhnya yang indah sudah tak tertutup selembar benangpun. Meski sudah sering
menggauli wanita cantik, Alfi tetap saja terpana oleh kemolekan tubuh Niken,
gurunya yang cantik yang selama ini selalu ia dambakan termasuk setiap lelaki
di sekolahnya. Alfi menyimpan perasaan yang berbeda terhadap Niken. Cinta telah
berangsur tumbuh dalam hati bocah cilik ini lebih dari dalam dari cintanya pada
wanita-wanita lain yang pernah ia kencani sebelumnya.
“B..buuu…ibuuu..cantikkk sekalii….” Bisiknya lirih
namun terdengar oleh Niken
“Fiii..kamu liat apaaa?…..aaa”
Dengan ke dua telapak tangannya Niken secara spontan
menutup selangkangannya karena malu. Wajah anak itu hanya beberapa mili dari
miliknya yang paling pribadi. Alfi mengecupi kedua paha berkulit halus terawat
pelan-pelan hingga ke sekitar selangkangan termasuk jemari lentik Niken. Tak
ada bagian tubuh wanita itu yang tidak indah, semuanya sempurna. Lama Alfi
bermain di situ, perlahan jemarinya membuka dengan sendirinya. Niken hanya
terlentang pasrah. Semuanya sudah terlanjur sulit untuk dihentikan lagi. Kini
tak ada penghalang lagi bagi mulut dan lidah Alfi untuk mengeksplorasi bagian
paling intim milik gurunya yang cantik itu. Harum khas bagian itu menggelitik
seluruh syaraf kejantannya.
“Ohhh…” desah Niken saat Alfi mengecup lembut
belahan bibir kewanitaannya.
Alfi mengecup lagi.. dua kali…tiga kali..lidahnya
disapukan dari dari bawah hingga ke atas. Crass..crasss..cairan memancar
meleleh keluar dari belahan cantik itu. Dengan penuh ketelatenan dia melahap
dan menghisap tiap mili vagina Niken yang sudah basah itu, lidahnya dengan liar
menjilati dinding vagina dan sesekali sapuannya menyentuh klitoris. Bocah itu
mengerahkan seluruh kepandaian yang ia punyai, ia ingin memberikan yang terbaik
bagi pujaan hatinya itu. Alfi tahu klitoris adalah bagian genitalia wanita yang
paling sensitif, melebihi vagina. Berkat pengalaman lidahnya segera menemukan
letak benda mungil tersebut. Jilatan lidahnya segera ia pusatkan ke situ, ia
memulai menjilat dengan lembut. Secara perlahan-lahan sekali, lalu gerakan
lidahnya dipercepat dan tekanannya makin kuat. Kelincahan lidahnya
bergerak memberikan sensasi luar biasa bagi Niken. Sesekali Alfi menggunakan
bibirnya untuk menghisap benda mungil itu seakan-akan ia berciuman dengan
vagina Niken. dan secara bersamaan lidahnya menggelitik klitorisnya yang berada
di tengah dengan gerakan lidah. Perlahan, kuluman dan jilatan pada benda mungil
nan cantik itu membuatnya mengeras bak sebuah kacang. Niken terpekik
pekik-pekik kecil dibuatnya. Rasa geli dan sengatan birahi membuat Niken
semakin tak mampu menahan laju gairah Alfi. Kedua paha mulusnya mengepit kepala
Alfi. Anak ini benar benar sudah sangat berpengalaman. Perlakuannya sungguh
membuat Niken serasa terbang, tubuhnya menggelinjang-gelinjang geli diiringi
erangan nikmat. Sampai akhirnya sebuah orgasme datang menyapanya untuk
pertama kali dalam kehidupan wanita itu.
“Auuuwwwwwww!!!!…Fiiiiiiiiii!!!!!!!!” Wanita cantik
itu terpekik tak kuasa menahan rasa geli dan nikmat
Otot-otot vaginanya mengejang dahsyat, berkontraksi
kuat dan berirama, cairan cintanya memancar lebih banyak lagi hingga tumpah di
sprey putih.
“Inikah yang disebut orgasme? Begitu dasyat
kenikmatan yang kurasakan. Tapi aku memperoleh orgasme pertamaku dari
jilatan-jilatan lidah seorang anak kecil di bawah umur …muridku sendiri” pikir
Niken.
Niken rasakan sekujur tubuhnya menggigil. Kesadaran
wanita itu sejenak hilang, pandangannya nanar, serasa jiwanya melayang tinggi,
raganya serasa terendam ke dalam samudera kenikmatan ragawi yang tak bertepi.
Secercah cahaya putih yang berpendar di matanya lalu menjadi kabur. Entah
berapa lama ia tak sadar. Lalu perlahan-lahan bisa ia rasakan kesadarannya
berangsur pulih. Masih ia rasakan lidah anak itu menyapu dan menjalari
seluruh relung vaginanya, menghisap habis tiap tetes cairan cintanya tanpa
sisa. Sesaat kemudian Niken baru menyadari bahwa Alfi telah mengambil posisi
menindihnya, dan tubuh anak itu di antara kedua kakinya. Kedua paha putihnya
masih terpentang lebar telah memberi jalan bagi Alfi.
“Alfi… kamu mau apaaa?..”
“Ibu pernah petting ngga?” bisik Alfi
Niken menggeleng, ia sungguh tak mengenal istilah
tersebut meski ia seorang guru bahasa Indonesia.
“Kita cobain yuk”
Niken terkejut saat Alfi mengarahkan penisnya ke
arah vaginanya.
“Fii..jangan….ibu ngga mauu”
“ngga pa pa… Alfi cuma mau masukin kepalanya aja
trus Alfi cabut lagi” Alfi mengosokan ujung penis ke atas dan kebawah pada
bibir vagina Niken
“ja..ngannn Fiiiii ..ohhhhh”
Alfi dalam posisi yang tepat sehingga Niken tak
kuasa mencegahnya.
Leppp!!! Ujung kulup Alfi yang mbdol besar itu
lenyap juga membelah dan masuk ke belahan liang cinta Niken.
“Auuhhh..sakiittt!!” wanita itu terpekik oleh rasa
nyeri yang menjalar saat ‘liang kewanitaan’nya dikunjungi penis Alfi
Niken segera mendorong perut anak itu hingga titit
Alfi melenjit keluar lagi, ia silangkan kedua pahanya untuk menutup jalan Alfi.
Ada perasaan takut akan kehilangan kewanitaannya. Niken menatap selangkangan
anak itu. Benda dahsyat itu teranguk-angguk. Ujungnya bulat mirip cendawan
dan basah berlumuran lendir.
“Uh..pantas agak nyeri pikirnya. Ternyata besar
sekalii…. Nyaris melebihi bola pingpong.”
Ia heran, Bagaimana mungkin anak ini mempunyai kemaluan
sedemikian besar. Meski demikian Niken tak memungkiri penyatuan yang
hanya berlangsung satu setengah detik tadi sempat menimbulkan nikmat yang luar
biasa.
“ngga sakit lagi kan bu? Alfi masukin lagi ya bu
seperti tadi?”
“ngga mau ah”
“kenapaa buuu?”
“punya kamu besar banget. Nanti perawan ibu robek!”
“Buuu..tadi itu enak sekalii…Alfi boleh dong minta
lagiii..” ujar Alfi memelas ia takut Niken mengakhiri permainan ini
“Alfi janji ngga sampe mecahin selaput dara ibuu,
boleh ya buu..?
Niken jatuh iba melihat anak itu merengek-rengek,
meski ia ragu dan takut untuk melangkah lebih jauh akhirnya ia putuskan memberi
jalan Alfi memasukinya.
“Betul..ya Fiiii jangan sampai kena selaput ibu”
“He e , Alfi janji ngga dalem-dalem”
Alfi membuka kedua paha mulus wanita itu, lalu ujung
penisnya kembali membelah garis tipis kewanitaan Niken. Leppp!!! kepala penis
berkulup itu masuk untuk kedua kalinya
“Aduhhh……Fiiiii”
Niken mengeliat saat benda itu kembali bersarang di
kewanitaannya, nyeri menyapanya namun diiringi geli dan nikmatnya bukan
kepalang. Setelah masuk Alfi menahannya lebih lama dari tadi. Pinggul Alfi
mulai bergerak mundur maju mengocok lembut vagina wanita itu. Ia tarik
mundur sedikit namun tak sampai penisnya lepas tercabut lalu kembali melesak
masuk lagi sedalam tadi. Memang tak banyak gerakan yang dibuat Alfi, namun itu
cukup untuk membuat Niken menggelinjang nikmat. Pompaan kecil itu berlangsung
lima menit hingga Alfi menjerit tertahan.
“Buuu Nikennn sayangggg!! Alfi sampeee…. Arrgggg!!!”
Alfi berupaya menahan laju spermanya keluar. Namun
sia-sia, semakin ia tahan, gatal dan nikmat itu semakin tak tertahankan. Saat
cairan itu menjalar perlahan dan tertahan pada lubang kencingnya. Mata Alfi
mendelik hingga tinggal bagian putihnya. Niken bingung harus berbuat apa saat
menatap ekpresi wajah Alfi yang bagai kesakitan.
Tapi ia tahu anak itu sedang merasakan nikmat luar
biasa
“ohh..Fiiii… jangan di..cabutt..keluarinnn di dalam
punya ibuu…” bisik wanita itu tersengal-sengal karena nafsupun mengukung
dirinya.
Alfi betul-betul tak menyangka Niken membiarkannya
untuk berejakulasi di dalam vaginanya.
Ucapan Niken berdampak besar bagi bocah itu. Gairah
dan gejolak seksual semakin lepas kendali. Perasaan sayangnya yang menggebu
terhadap Niken membuatnya mengalami kegagalan kali ini. Biasanya ia masih bisa
mengulur-ulur waktu. Namun kali ini ia sudah tak mampu menahannya lagi. Saat
itu juga Alfi memekik kuat sambil melepas orgasmenya
“Yaarrrggggghhh…”
Crettt..crettt..crotttt!!
“Ouhh..Fii..Fiii..Fiii” desah Niken lirih ketika
benih cinta Alfi memancar dari lubang kencingnya menyirami relung-relung
kewanitaannya.
Dirasakannya penis anak itu berdenyut-denyut keras
masih memancarkan cairan kental dan hangat dalam kewanitaannya. Begitu dasyat
kenikmatan diterima Alfi. Niken adalah wanita pertama yang mampu membuatnya
berejakulasi lebih dulu. Vagina wanita itu seakan betul-betul tercipta untuk
menaklukan keperkasaannya. Alfi ambruk di dada Niken. Setengah menit Alfi
berusaha menarik nafas sementara wanita itu membelai-belai rambutnya.
“Ma kasih Bu.. Alfi jadi tambah sayang sama ibu”
bisiknya Alfi masih penasaran
“Dasar anak nakal, pintar ngombal”
“Cuma ibu yang bisa bikin Alfi muncrat duluan…”
“Betulkah?”
“He e… Alfi kalah sama ibu, punya ibu enak
sekali..”.
Niken tersenyum ada rasa bangga dalam hatinya dapat
menaklukan jantan kecil ini.
ia berharap Alfi cukup puas tanpa harus merengut
keperawanannya. Niken perlahan mendorong perut Alfi. Air mani Alfi
meleleh tumpah di sprey. Namun wanita itu terkejut saat mendapati kenyataan, begitu
cepat penis anak ini menegang lagi. Seharusnya seorang lelaki butuh istirahat
untuk memulihkan tenaga kembali telah membuang spermanya begitu banyak. Tetapi
tidak bagi Alfi
“Ohh Fii.. itumuu ..be..besar…lagii”
Alfi memberi waktu buat Niken itu mengamati barang
miliknya yang berangsur membesar kaku. Bagi Niken benda itu terlihat aneh
kepalanya jauh lebih besar dari batangnya. Benda yang tadi sempat masuk ke
dalam miliknya. Alfi tak mau berlama-lama ia takut gairah Niken menurun bahkan
hilang. ia gosokan penisnya ke atas dan ke bawah belahan vagina gurunya
menyentuh klitoris lalu lalu perlahan bulatan kepala masuk hingga
membentur selaput dara Niken.
“uhh.. dia masuk lagiii” gumamnya lirih.
Kali ini Alfi tak ingin kalah lagi. meski Niken
memiliki jepitan mulut vagina sangat istimewa nikmat. Namun Alfi sesudah
orgasme satu kali penisnya sudah jauh lebih tahan.
“ougggggh…Fiiiiii”
Alfi mengocok dengan cepat. Niken terbuai dan larut
dalam goyangan birahi Alfi.
Matanya terpejam menikmati persetubuhan ini.
Ia masih sulit percaya membayangkan yang sedang dicumbui oleh seorang ABG
berumur 16 tahun. Penis anak itu meluncur mulus sampai menyentuh selaput
daranya. Niken mengerang setiap kali Alfi menyodokkan penisnya. sesekali penis
Alfi terlepas. Alfi mulai percaya diri,
“Oughhh Fiiii.” desah wanita itu.
Alfi tahu gesekan dan sodokannya akan berhasil
membawa wanitanya menuju ke puncak kenikmatan. Semakin cepat..cepat..dan..
“Arrrrgggg……….Fiiiiiiiiiiiii !!!!!!!” Wanita itu
menjerit mendapatkan orgasmenya.
Tiba-tiba vagina Niken mencengkram hebat penisnya
jauh lebih keras dari sebelumnya.
Alfi terpekik tertahan tak menduga vagina wanita itu
menjadi begitu nikmat. Alfi tahu satu dua kocokan lagi ia pasti sudah muncrat
lagi. Namun ia berusaha bertahan sedikit lagi. Dalam hitungan detik setelah ia
yakin Niken telah mendapatkan kenikmatannya
bocah itu kembali melepas benih cintanya di sertai
pekik kenikmatan.
“ohhh buuuu.. Alfi keluarrr laagiii!!!!!!”
Alfi memeluk gurunya itu dengan erat. Membenamkan
kepala kecilnya pada dada Niken yang empuk.
“Buuu Alfi sayang ibu…”bisiknya.
“Ibu juga sayang kamu fi…”
“benarkah?” Alfi mengangkat wajahnya untuk memandang
wajah Niken seolah tak percaya dengan ucapan ibu gurunya yang cantik itu.
Niken tersenyum dan mengangguk. Di tekannya kepala
Alfi kembali ke belahan dadanya.
Dan dibelainya. Ia tak tahu tiba-tiba ia merasakan
benih-benih kasih sayang timbul dan menguat terhadap Alfi. Apakah perasaan ini
yang muncul pada Wanita-wanita Alfi sebelumnya? Sehingga mereka rela
menyerahkan milik mereka yang paling berharga…keperawan. Napas Alfi masih agak
tersengal-sengal. Menaklukan wanita yang satu ini sungguh telah menguras
tenaganya. Penisnya perlahan kembali keukuran semula dan terlepas dari vagina
Niken. Mereka berdua akhirnya jatuh tertidur. Entah berapa lama Niken tertidur,
saat ia terbangun Alfi masih dalam posisi menindih tubuhnya. Alfi sudah duluan
terjaga dan kini sedang menetek padanya.
“Ahh.. ia ereksi lagi” desah Niken sambil menarik
napas panjang
Ia merasakan benda itu kembali ‘bangun’ di atas
bukit kewanitaanya padahal baru satu jam yang lalu ia dan Alfi bergumul. Kini
anak itu menginginkannya lagi Niken tak tahu ia harus kuatir atau senang.
Petting barusan nyaris merusak selaput daranya. Karena penis Alfi menerobos
terlalu dalam. Beberapa jam ini ia cukup kelabakan menangani napsu anak ini
yang tak kunjung reda. Dua kali ejakulasi tak cukup bagi Alfi, anak itu telah
mengenalkannya pada dunia yang tadinya dianggapnya tabu mulai dari nikmatnya
saling melumat bibir hingga petting. Niken merasa ia harus berusaha menghindari
Alfi, ia takut makin terhanyut oleh permainan anak itu hingga akhirnya harus
menyerahkan miliknya yang paling berharga. namun selalu seperti sebelumnya, ia
tak bisa. Ia tak sanggup menolak. Naluri kewanitaannya juga menginginkan
belaian-belaian dari bocah itu.
Kenikmatan itu begitu memabukkan, membuatnya
ketagihan
Ughh…penis anak itu kembali menancap menyumbat jalan
di mana bayi-bayi Niken akan lahir kelak. Gatal nikmat menjalar cepat menyengat
selangkangannya akibat ujung sengat Alfi yang masih berkulup penuh.
“Bu….”
“Egg?”
“boleh ya bu, kali ini … Alfi masukan semua titit
Alfi kepunya ibu?”
Niken telah menduga sejak awal kalau akhirnya anak
ini akan meminta hal itu juga.
“Jangan fii …, Alfi kan sudah janji . tidak akan
melakukan lebih dari hanya sebatas petting..”
Dengan akal sehatnya Niken masih berusaha
mengendalikan hasrat pada dirinya yang juga menggelora. Niken bukan tidak tahu
resiko permainan apinya dengan Alfi .
Hanya tinggal satu langkah lagi ia dan Alfi akan melakukan
apa yang hanya boleh ia lakukan dengan Donie sebagai suaminya yang sah kelak.
Apabila ini terjadi ia tak bisa mundur lagi ke belakang menjelang pernikahan
dengan tunangannya dua bulan lagi.
Bagaimana jadinya kalau Donie mempermasalahkan
keperawanannya di malam pertama mereka nantinya. Tidak semua laki-laki seperti
Didit yang mau menerima wanita yang sudah tidak suci lagi sebagai istrinya
“Alfi ngga mau ingkar janji sama ibu, tapi…kalau ibu
ijinkan meski hanya sekali ini saja Alfi ingin menjadi laki-laki pertama yang
ngentot sama ibu, dibunuh sama pak Donie pun Alfi rela demi cinta Alfi sama
ibu”
Niken nyaris tertawa mendengar celoteh dan rayuan
anak itu. Rengekan seorang bocah polos. Mekipun dalam hatinya ia mengakui
kejantanan Alfi. Namun ada beberapa hal yang membuat dirinya tidak dapat
mengabulkan keinginan Alfi. Baginya Petting sudah merupakan tahap terakhir yang
dapat ia berikan untuk anak itu. Alfi merasa kecewa ia tahu ia tak mungkin
memaksa Niken. Ia maklum Niken pasti tidak mau menyerahkan keperawanannya.
Namun Ia sudah bersukur Niken mau meladeninya hingga pada tahap ini. Alfi masih
menindih tubuh sintal guru cantiknya itu Ia terus menerus memberikan
rangsangan terhadap tubuh Niken, mulutnya menghisap kuat puting sebelah
kiri payudara putih Niken karena ia tahu yang kirilah yang paling
sensitif. Sementara kepala penisnya tetap bergerak keluar masuk dalam kelopak
vagina wanita itu, ini adalah posisi paling di sukai Sandra dan kedua temannya,
demikian pula dengan Niken. Ia merasakan kenikmatan ganda. Hanya Alfi yang bisa
melakukan persetubuhan sambil menetek berbarengan secara sempurna. Karena
usianya masih di bawah umur sehingga tubuhnya yang jauh lebih pendek dari
wanita dewasa bertubuh setinggi Niken. Hal itu memungkinkan ia mendapat posisi
yang ideal. Hampir satu jam lamanya ia melakukannya. Entah kenapa Alfi tak
kunjung ejakulasi padahal Niken sudah empat kali memperoleh orgasme. Semakin
lama vaginanya semakin sensitif terhadap rangsangan. Bahkan orgasme yang
terakhir barusan nyaris membuat air kecingnya ikut memancar keluar bersama
cairan cintanya. Rasanya ia tak mampu terus menerus melawan kemesraan yang
diberikan Alfi padanya
“fiii……masuk..kan…semuaaa, ibuuu tak tahann lagiii
ohhhh…” akhirnya Niken berbisik demikian ke telinga Alfi
Alfi bukan main terkejut namun gembira mendengar
penyerahan terakhir wanitanya itu, sungguh ia tak menyangka akhirnya gurunya
mengijinkannya melakukan penetrasi penuh ke liang senggamanya yang masih
perawan.
“ughhh buuu.… Alfi entot ibu sekarang ya?” ujar bocah
itu lirih
“Iya fii..iya.. milikii ibuu sayangg!!!! Ohhh!!”
rintih wanita itu. Tak ada rasa malu yang tersisa
Niken sudah tak peduli lagi terhadap statusnya
sebagai seorang pendidik atau sebagai calon istri Donie ….bahkan… pada
kehormatannya yang bakal terengut. Birahinya sudah sampai pada titik puncak
Kini ia hanya butuh penuntasan dari sang murid yang sedang menggumulinya. Tak
membuang waktu Alfi mendekap tubuh sintal sang ibu guru yang cantik itu.
Mulutnya menyergap kembali putting sebelah kiri Niken. Melumatnya untuk
meningkatkan rasa nikmat bagi wanitanya sebelum penyatuan itu terlaksana.
Petting yang mereka lakukan sejak tadi sebenarnya sudah nyaris merobek selaput
dara wanita itu.
Hingga tak terlalu sukar bagi penis Alfi melakukan
penetrasi total. Alfi menurunkan pinggulnya dan dengan satu hentakan lembut
kewanitaan Niken merengang dan terkoyak
“Awww.. Fiiiii….Sakiiiiiiiit!!!” pekik Niken lirih
perih saat selaput daranya robek, jemarinya mencengram pinggul Alfi.
Penis bocah itu terus mendesak masuk perlahan
menjamahi semua keindahan yang sudah sekian lama didambakannya di dalam sana
hingga akhirnya berhenti setelah ujungnya yang berkulup menyentuh dasar liang
cinta itu. Untuk kesekian kalinya bocah ini berhasil merengut keperawanan
seorang wanita dewasa yang juga cantik dan menggiurkan tak kalah dari
wanita-wanita sebelumnya. Darah keperawanan wanita itu meleleh membasahi serey
putih di bawahnya. Penantian Alfi selama ini telah menjadi kenyataan, kini sang
ibu guru yang cantik sudah menyerah secara utuh dalam dekapan eratnya.
Kulit Niken yang halus lembut bersentuhan tanpa
penghalang dan batas apapun dengan tubuh kasar Alfi. Kemaluan mereka bertaut
erat menyatu dengan sempurna seakan penis Alfi memang tercipta bagi vagina
Niken begitupun sebaliknya. Alfi merasakan nikmat dalam liang perawan ketat
yang itu berdenyut melumat seluruh batang penisnya
“Ougghhh..Fiii…pelann pelannn…”
Niken mulai merasakan sengatan nikmat melanda
selangkangannya meski sakit masih ia rasakan. Tak ingin wanitanya mengeluh,
Alfi mengocok lembut daging kejantanannya.
Ditariknya sedikit sejauh satu senti menghujam
lagi perlahan hingga menyentuh dasar rahim lalu dua detik ditahannya di sana.
Berulang-ulang ia ulangi gerakan itu
“Ouhh…uuu..Fiii”
Niken mengangkat pinggulnya bila titit Alfi ditarik
keluar, begitupun bila penis Alfi menekan masuk, ia mengikuti arah gerakannya.
Vaginanya begitu penuh sesak oleh daging cinta hitam milik Alfi. Gatal dan
nikmat makin tak tertahankan. Ketika orgasmenya datang Niken pun terpekik
“Fiiiiiiiiii!!!!!!!!……Oughhhhh……”
Wanita itu mempererat dekapannya. Kedua kakinya
melingkar dipinggul Alfi dan menekannya. Ini orgasme Niken yang pertama hasil
persetubuhan secara penuh dengan Alfi. Bola mata Niken lenyap hanya tinggal
putihnya. Cairan cintanya memancar deras, sungguh tak terkira nikmatnya, jauh
lebih nikmat dari sebelumnya, bahkan berjuta kali jauh lebih nikmat dari
petting barusan. Alfi tahu apa yang harus ia lakukan saat itu,
Ia berusaha menambah sensasi kenikmatan orgasme bagi
Niken. Sambil bertahan ketika vagina Niken berkontaksi melumat penisnya,
ditekannya benda itu sedalam dan selama mungkin pada kemaluan wanita itu. Lalu
dikerahkannya kekuatan otot kemaluannya untuk membuat denyutan-denyutan
berirama dan keras, nampaknya ia berhasil. Vagina Niken masih terus menghisap
penisnya hingga satu menit.
“Buuu….Nikennn…enaakkkkkk!!”Alfipun terpekik dalam
sensasi nikmat.
Alfi menggigil menahan nikmat namun ia tak mau
berakhir secepat itu. Spermanya seakan ingin meledakan di ujung penisnya namun
masih dapat ia pertahankan sekuat tenaga.
Alfi tetap mengocok penisnya kali ini secara cepat.
Niken terkejut gerakan Alfi kali ini membuatnya begitu cepat melambung
“Ohh.. Alfiiii… kamu kuat sekaliiiii”
Nampaknya sesi kali ini tidak berlangsung lama, baik
Alfi maupun Niken tak mampu lagi bertahan.
“Bu Niken sayaaang…Alfiii sudah mau keluaarrr!!”
Niken mengeratkan jepitan kakinya pada pinggul Alfi
mencegah anak itu untuk mencabut penisnya. Segera hanya hitungan detik, orgasme
dasyat melanda keduanya. Seketika itu juga Alfi menekan tititnya secara penuh
dan membentur mulut rahim Niken
“arrrggghhhhh…Fiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii” jerit
Niken
Vagina indah Niken berkontraksi hebat melumat tiap
senti daging penis Alfi, menghisapnya dengan segenap cinta dan kepasrahan. Alfi
pun mendekap erat pujaannya.
“Ouggghhhhh..Buuuuu!!!!!!..Alfi keluarrrrrr!!!!”
pekiknya merasakan kenikmatan yang datang jauh lebih dasyat dari pada
sebelumnya.
Nampaknya kali ini Alfi tak mampu bertahan lagi.
Pertahannya runtuh oleh nikmatnya lumatan dasyat vagina Niken sungguh membuat
kejantannya tak berdaya. Penis anak itu berdenyut denyut kencang, air mani yang
tersimpan dalam testisnya selama hampir satu jam ini tak tertahankan meletup
dari ujung kepundannya dan memancar deras pada tiap denyutannya. Denyutan
yang menghentak berulang-ulang jauh lebih dering dan keras dari biasanya, Alfi
seakan-akan ingin mengosongkan seluruh isi testisnya ke dalam rahim pujaan
hatinya itu. Orgasme dasyat itu berlangsung sekitar satu setengah menit namun
bagi Niken dan Alfi bagaikan satu abad lamanya. Setelah orgasme Niken mereda
dan kesadaran kembali pulih, ia berusaha mengatur napasnya. Penis Alfi pun
masih menancap ketat.
“Uhh..Fiii…cabut duluu sayanggg” pinta Niken lirih
ketika ia rasakan kewanitaanya agak ngilu.
Alfi mencabut perlahan meski ia masih ingin
berlama-lama di dalam situ.
“Plokk…” saat benda itu terlepas sebagian sperma
Alfi tumpah ke seprey. Niken memperhatikan bercak-bercak darah yang bercampur
lendir putih menempel pada penis Alfi. Secara naluriah ia tahu kewanitaannya
pasti telah robek direngut oleh bocah itu.
Di kamar dan di tempat tidur ini dulu Sandra
menyerahkan kesuciannya pada Alfi dan kini iapun mengalami hal yang sama. Anak
itu telah mengambil apa yang menjadi hak Donie calon suaminya. Alfi mengecup pipi
Niken, anak itu tak dapat menyembunyikan kebahagianya, apa yang diidamkannya
menjadi kenyataan sudah.
“Ma kasih ya bu, sudah ngebolehin Alfi begituan sama
ibu. Alfi sayang banget sama ibu…Alfi cinta ibu….”
“Kamu bocah nakal… kamu tahu kamu telah menodai ibu
gurumu sendiri”
“Alfi ngga peduli , Alfi mencintai ibu walau Ibu
telah menikahi pak Donie nantinya”
“Setelah apa yang engkau lakukan apakah kamu masih
memanggilku ibu?”
“biarlah Alfi tetap memanggil ibu”
“Bu..tadi Alfi muncratnya banyak, punya ibu enak
sekali”
Sesaat Niken merasakan batang kemaluan Alfi kembali
mengeras pada mulut vaginanya
“Anak nakal … kamu belum puas juga”
“Alfi pingin lagi bu.. alfi pingin ngentot ibu lagi”
Niken merasakan kasih sayang tak terbatas tercurah
dari bocah itu. Tenaga Alfi bagai tak ada habisnya. Entah ia tak tahu apakah ia
telah jatuh cinta pada anak itu atau tidak. Alfi telah mempersembahkan
keindahan ragawi padanya dan membuat dirinya merasa nyaman dalam dekapan
gurunya yang cantik.
********************************
Selama dua hari Alfi dan Niken tidak datang ke
sekolah, persetubuhan terjadi berulang-ulang. Niken yang lembut dan sopan kini
sudah ketagihan akan seks, ia tak peduli akan statusnya seorang guru bagi Alfi.
Yang jelas baginya justru Alfi adalah guru yang mahir baginya dalam urusan
ranjang. Ia bahkan tak menolak Alfi memintanya melakukan oral.
Tak ada rasa jijik mengemuti penis bocah itu dengan
mulutnya. Bahkan ia sangat menikmati dan menyukainya. Hingga pada esok
sorenya ketika mereka baru menyelesaikan persetubuhan selama 3 jam. Saat
jeda istirahat itu itu Alfi masih dalam keadaan memeluk dan menindih tubuh
cantik wanitanya sambil sesekali mencucupi putting-putting payudaranya.
Tiba-tiba Alfi bertanya
“Bu.. Ibu maukan punya bayi dari Alfi?”
“A..paa..Fiii?” Niken terkejut atas pertanyaan Alfi
yang aneh.
“ibu kan sudah dapet benihnya Alfi, pastikan nanti
Alfi punya bayi dari ibu”
“Ngga mungkin fii, ibu kan akan menjadi istrinya pak
Doni dua bulan lagi”
“iya deh Alfi ngalah sama pak Doni…”
Meski pembicaran singkat itu tak dianggap serius
bagi Alfi namun Niken seakan baru tersadar akan apa yang telah terjadi. Niken
tercenung mendengar ucapan Alfi barusan. Selama dua hari ini Ia dan Alfi
melakukan hubungan suami istri dan ia telah membiarkan Alfi berejakulasi berkali-kali
di dalam vaginanya. Kegundahan melanda hatinya. Bagaimana jika terjadi
kehamilan? Bagaimana kelanjutan hubungannya dengan Donie?
Mungkinkah Donie masih mau menerimanya dalam keadaan
ternoda oleh anak ini? Rasanya tidak mungkin. Meski Donie tukang jajan namun ia
tetap menginginkan istrinya masih perawan.
“Bu.. ibu melamun?” lamunannya buyar saat Alfi
memanggil namanya.
“I..iyaaa”
“Ibu takut hamil, ya?”
Niken tak menyangka anak ini dapat mengetahui isi
hatinya yang gundah. Meskipun demikian ia belum cukup umur untuk mencerna
persoalan orang dewasa.
Niken menghela napas lalu mengangguk lemah
“Ibu juga takut soal perawan ibu kan?”Tanya Alfi
lagi
“Iya, Kok kamu tahu Fii?”
“Kak Dian juga seperti ibu dulu, sudah gituan sama
Alfi lantas wajahnya sedih”
“Ohh begitu ya”
“Gimana kita cari dokter aja kak, biar kakak
disembuhin perawannya”
Mendengar ucapan Alfi Niken bangkit dan duduk, lalu
ditatapnya bola matanya polos anak itu. Niken jadi teringat akan sahabat
karibnya semasa smu dulu Lila yang kini telah menjadi seorang dokter spesialis
kandungan. Tak ingin berlarut-larut dalam kebimbangan, ia memutuskan untuk
menemui dan meminta bantuan dr.Lila sahabatnya itu.
“kamu anak pintar fii, besok kamu harus temani ibu
ke Dokter ya?”
“He e…Alfi temani ibu besok …tapi sekarang Alfi mau
itu lagi sama ibu” kata anak itu
“Kamu tidak bosan melakukan itu sama ibu?”
“Alfi ngga bosen… biar Alfi jadi suami selingkuhan
ibu nantinya”
“Hi..hii..hiii, kamu memang anak nakalll” ujar Niken
geli.
Alfi merebahkan tubuh Niken kembali ke kasur. Niken
menurut saat Alfi kembali mengumulinya. Tubuh sintal indah itu kembali menyatu
dengan tubuh kecil dan kurus bocah itu. Seakan tiada bosan-bosannya mereka
melakukan hal itu berulang-ulang. Pantat Alfi bergerak naik turun dengan cepat,
penisnya yang besar sudah berjam-jam bahkan berhari-hari memadati liang
senggama Niken. Biarlah urusan itu diselesaikan besok, Malam ini adalah urusan
dewa dan dewi cinta pikir Niken dalam hati.
*************************
Keesokan sorenya Niken dengan mobilnya ia berangkat
ke tempat praktek dr.Lila sahabatnya. Alfi dia ajak, kalau ditinggal di rumah
ia kuatir mendadak Donie muncul memergoki Alfi di kamar tidur tanpa busana.
Mereka sampai namun belum ada seorangpun di sana. Mereka duduk di sebuah ruang
tunggu yang bersih dan nyaman namun agak tersembunyi.
“Fiii…jangan…nanti ada yang liat, ouhhh” Niken
mendesah saat tangan nakal Alfi meremas dadanya lembut.
Tubuh wanita itu sudah demikian sensitif terhadap
setiap sentuhan Alfi. Tubuhnya menggeliat. Niken sudah kuatir saat Kepala Alfi
sudah mengarah ke dadanya. Namun tiba-tiba terdengar suara sepatu melangkah ke
arah mereka dan Alfi segera menghentikan kenakalannya.
“Nien… kamu udah lama nunggu aku?” Lila memanggil
nama sahabat karibnya dengan nama panggilan.
Mereka berpelukan hangat.
“Loh Alfi..kamu ngapain disini” ujar dr.Lila
“Kalian sudah saling kenal La?”
“Umm..ya ibu nya Alfi adalah pasienku juga” ujar
dr.Lila tergagap berusaha menyembunyikan sesuatu.
“Alfi muridku di SMA tempatku mengajar La. Ia
sengaja kuminta menemaniku untuk menemuimu”
“Oh begitu mana Donie Nien? Bukan dia yang mengantar
kamu?”
“Donie masih sibuk menyelesaikan pekerjaannya
sebelum cuti”
“O ya aku hampir lupa kalian kan akan menikah dua
minggu lagi, ayo masuk mumpung pasienku yang lain belum datang”
“Fii.. kamu tunggu di sini ya, ibu masuk dulu”
Lila memeriksa Niken khususnya pada wilayah
kewanitaannya. Sesekali ia tersenyum melihat beberapa bekas merah pada dada
Niken. Lila sudah sering melihat hal seperti itu pada pasiennya. Pasiennya
tidak terbatas pada istri-istri orang berkantong tebal namun juga hampir
seluruh pelacur pada lokalisasi X tempat ibunya Alfi bekerja dulu.
Dua puluh menitan Lila memeriksa Niken. Setelah
selesai….
“Bagaimana La?” tanya Niken saat itu jantungnya
berdetak lebih cepat menunggu jawaban Lila.
Dr.Lila tersenyum-senyum sambil membaca catatan
hasil pemeriksaannya.
“Kurasa ngga ada yang perlu dikuatirkan .
secara lahiriah kamu sehat Nien dan siap menjalankan pernikahan. Donie tentu
sangat berbahagia mempunyai calon istri bertubuh cantik dan sehat sepertimu”
“Hanya itu La?” ujar Niken kurang puas, ia
sepertinya tahu ada hal lain yang belum disampaikan Lila kepadanya.
“Baiklah. Sesuai dengan profesiku aku memang dapat
mengetahui kondisimu sekarang namun ada hal-hal yang sebenarnya tidak perlu
kusampaikan disini mungkin menyangkut hal yang sangat pribadi bagimu”
“La aku ke sini justru ingin tahu darimu tentang
kondisiku saat ini?”
“Oke manis, kamu dengar baik-baik ya. Kusimpulkan
dalam beberapa hari belakangan ini kamu telah melakukan hubungan seks,
bekas-bekasnya terlihat jelas pada dinding vagina yang lecet-lecet dan memar di
mulut rahimmu. Bahkan selaput daramu baru robek berarti ini yang pertama.
Akhirnya kalian lakukan juga sebelum hari itu datang ya kan? Hanya saja kunilai
kalian sudah keterlaluan melakukannya. Aku sarankan beberapa hari ini kalian
‘puasa’ dulu. Beri waktu dirimu recovery. Bagaimana apakah nona puas dengan
penjelasanku?”
Deg..Niken tak menjawab, hatinya sungguh gundah
mendengar penjelasan dari dr.Lila.
“La, apakah kamu yakin…betul-betul sudah robek?”
“Maksudmu selaput daramu?”
Niken mengangguk
“Ya. Biasanya hubungan intim pertama hanya menyobek
satu atau dua sisi selaput dara,
Namun Ini malah robek di tujuh tempat. Kupikir
luar biasa juga Donie”
Niken menjadi pucat pasi, kekhawatiran nampak
membias jelas pada wajah Niken.
Hal itu terbaca Lila
“Loh kenapa, Tapi bukankah tak ada masalah robek
sekarang atau nanti kan? Toh Donie juga yang melakukan.”
“Itu…masalahnya La…”
Lila baru mengerti mengapa sejak datang tak terlihat
senyum sedikitpun dari wajah sohibnya ini.
“Maksudmu kamu melakukannya bukan dengan Donie,
nien? Loh lantas siapa yang ….?”
Belum selesai pertanyaan dr.Lila, tiba-tiba…
“Udah selesai buuu..?” Alfi masuk tanpa mengetuk
pintu dan langsung duduk di samping Niken.
“Alfi tunggu diluar ya. Ibu masih ingin bicara
dengan bu dokter”
Alfi berdiri sebelum menghilang ke balik pintu ia
sempat mengecup lembut pipi Niken.
Niken agak jengah, matanya melirik ke arah Lila yang
masih bengong.
“Lelaki ituu….” dr.Lila tak ingin menyelesaikan
kata-katanya. Ia takut salah omong.
Suasana jadi hening sejenak. Niken berusaha
menguasai perasaannya. Sambil menghela napas panjang ia berkata
“Dugaanmu benar La. si Alfi orangnya”
Kembali hening, Lila membuka pembicaraan.
“jika aku boleh tahu apakah anak itu
menggunakan pengaman seperti kondom saat kalian melakukannya?”
“Ti..ti..dak, masa bisa hamil? Alfi kan masih
anak-anak… la”
“Dalam beberapa kasus beberapa anak spermanya lebih
cepat mencapai kesuburan, bahkan di Amerika seorang anak laki-laki berumur 9
tahun kedapatan menghamili teman sepermainannya. Apa kamu dalam masa subur,
Nien?”
“y..ya”
“berapa kali ia ber-ejakulasi internal padamu?”
“A..aku tak tahu pasti …mungkin… lebih.. 20 sampai
30 kali-an”
Lila menggeleng-gelengkan kepala, dalam hatinya ia
sudah tahu dan mengenal lama anak itu. Lila juga yang memeriksa kesuburan Alfi
setahun yang lalu. Saat itu ibunya meminta Lila mengadakan test pada Alfi
setelah ada seorang pelacur di lokalisasi X yang sempat dicurigai hamil oleh
ulah anak itu.
“apakah aku sudah hamil La?” ujar niken panic
“Belum bisa dipastikan apakan benih Alfi membuahi
dirimu karena baru berjalan dua hari yang lalu, kita tunggu hingga masa kamu
datang bulan nanti, namun kehamilan mungkin saja terjadi bila pada masa suburmu
sperma Alfi bertemu dengan sel telurmu. setetes cairan bening atau cairan
pre-cum pun sudah mengandung sperma dalam jumlah kecil dan perlu kamu ketahui
ada jutaan sperma dalam satu sendok kecil saja ….. apalagi Alfi sampai
ejakulasi berkali-kali.”
“Ohh..Laa..tolong aku harus bagaimana sekarang?”
ujar Niken panik, sudut matanya mulai berair.
Lila berusaha mencairkan suasana yang tegang dan
membuat Niken tenang, ia sungguh tak ingin perbuatannya menjadi aib yang
memalukan bagi keluarganya.
“Oke.. nampaknya kamu sungguh butuh bantuanku”
Lila diam sejenak nampaknya ia sedang memikirkan
sesuatu.
“Baiklah, kita hanya perlu lakukan operasi kecil
pada selaput daramu. kemungkin hanya akan memakan waktu kurang lebih 1 jam.”
jelas Lila
“Ma..maksudmu aku bisaa…utuh lagi?”
“Tidak begitu, aku hanya perlu menarik sisa yang
ditinggalkan Alfi lalu menjahitnya. Aku usahakan agar saat robek di malam
pengantinmu masih mengeluarkan darah.”
“Lan..tas bagaimana dengan kehamilanku?”
“Kupikir kamu belum tentu hamil, seperti kataku tadi
kita harus menunggu datang bulanmu. toh baru dua bulan lagi kamu akan menikah
dengan Donie. Aku pikir kita masih punya banyak waktu dan bisa mengatur hal itu
nantinya.”
Tangis Niken meledak setelah mendengar penjelasan
Lila, perasaannya lega. Tadi ia sudah benar-benar ketakutan akan akibat dari
perbuatannya dan Alfi sekaligus ia pun sungguh tak ingin mengecewakan Donie
meskipun lelaki itu brengsek. Lila memeluk sahabatnya itu. Beberapa saat
setelah Niken tenang, Dr.Lila berbicara agak serius
“Ok sekarang dengarkan aku. Melihat kondisi selaput
daramu yang robek total aku mungkin hanya dapat melakukan operasi satu kali.
Untuk itu aku mau kerja samamu. Setelah operasi ini kamu tak dapat lagi
berhubungan intim dengan Alfi hingga malam pernikahanmu.”
Niken merenung. Ia sadar ini sungguh tak adil bagi
Alfi, namun ia sudah tak punya pilihan lagi. Ia tak ingin pernikahannya dengan
Donie gagal.
“Jika demikian aku minta waktu beberapa
hari..soalnya aku tak mau Alfi …kecewa”
Lila tersenyum.
“Baiklah aku mengerti. Aku akan menunggu kesiapan
dirimu untuk melakukan operasi tersebut.”
“Ma kasih ya La, kamu telah memberiku solusi dari
masalahku”
“Tak masalah Nien, aku kan sahabat terbaikmu sejak
dulu”
“La..satu lagi pintaku”
“Apa itu?”
“Hanya kamu yang tahu tentang hubunganku dengan
Alfi,”
“Tak usah kuatir akan hal itu manis, aku akan
menjaganya..hi hi.”
Niken memeluk dan mencium pipi Lila sebelum pergi.
***********************
Saat di dalam mobil Niken perlahan menyampaikan
semua penjelasan dr.Lila tadi. Alfi menunduk sedih
“Fii kamu ngga usah sedih, Ibu akan tetap menemui
kamu setelah ibu resmi menjadi istri pak Doni” ujar Niken. “Yang penting
sekarang kita masih punya waktu satu minggu sebelum ibu di ‘perbaiki’ dr.Lila”
“Benar ya bu..”ujar anak itu matanya berbinar-binar
gembira.
Niken mengangguk. Lega rasanya semua permasalahannya
sudah teratasi kini. Sesampai di rumah. Niken sudah tahu apa yang bakal terjadi
selanjutnya. Ya.. ia tak dapat menolak Alfi menuntunnya ke kamar dan melucuti
semua kain yang melekat ditubuh mereka berdua. Alfi begitu tergesa-gesa saat
memasukan penisnya.
“Ssstt..perlahan sayang..ibu tak akan kemana-kemana
kok…” bisik wanita itu.
Wanita itu mengerti jika saat ini Alfi takut sekali
kehilangan dirinya, mengingat beberapa hari lagi mereka akan segera berpisah.
Tak ada penyesalan dalam hatinya segalanya kini telah ia serahkan bagi Alfi
termasuk hatinya. Dua menit berselang wanita itu sudah dalam genjotan ganas
bocah lalu memekik nikmat ketika orgasme melanda dirinya berulang-ulang. Mereka
melakukannya berulang-ulang hingga tengah malam. Beruntung bagi mereka tadi
Doni sempat menelpon bahwa ia harus berangkat ke luar kota.
*****************************
Dua bulan kemudian, pagi hari setelah malam resepsi
pernikahan.
Di dalam kamar pengantin, lagu ‘malaikat juga tau’
sedang mengalun lembut. Donie terbaring dalam kepuasan, sesekali mengecup
kening pengantinnya yang cantik yang tertidur bak seorang putri.
“terima kasih manis kamu telah mempersembahkan yang
terbaik padaku”
tak sia-sia semalam ia berjuang satu jam-an untuk
menembus selaput dara Niken. Pekik kesakitan istrinya semalam dan noda darah di
sprey sungguh membuatnya bangga. Meski ia hanya mampu bertahan kurang dari satu
menitan di dalam kuluman vagina istrinya tanpa sekalipun memberi orgasme. Saat
syair lagu telah sampai pada….’malaikat juga tau siapa yang jadi juaranya…’
Sementara itu Niken dalam tidurnya tersenyum dan berbisik lirih “Al..fiii…….”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.